3. Ide untuk menambah foto (dari penyunting) menambah beban bagian desain dan tataletak.
4. Terdapat bug pada MS-Word 2016 (yang digunakan seorang anggota tim) sehingga sebagian tulisan yang sudah diedit kembali ke awal seperti sebelum disunting.
Baiklah.
Sekarang menjawab keluhan dan kritik serta saran. Ini bukan berarti kami alergi terhadap kritik, hanya untuk mendudukkan persoalan apda tempatnya.
1. Typo yang tetap ada meski sudah diminta untuk perbaiki SEBELUM pencetakan.
Kepada masing-masing kontributor, kami mengirimkan draf untuk diperiksa dan diperbaiki jika ada kesalahan. Â Jika ternyata saat dicetak salah ketik itu masih ada, maka kesalahan mungkin memang tidak diperbaiki atau karena bug.
2. Namun, jika draf sudah dikirim dan sudah dinyatakan oke, kemudian setelah dicetak baru ditemukan masih ada kesalahan yang dari awal dibuat oleh kontributor, maka kesalahan ada pada penulis. Jika misalnya, kontributor menyerahkan naskah dengan titimangsa Januari 2020, ternyata setelah dicetak protes mengapa tidak diubah jadi 2021, itu bukan tanggung jawab editor.
3. Usulan untuk memberikan judul yang lebih menarik minat pembaca secara umum, Â misalnya dari salah satu judul tulisan.
Pertama, dari awal sudah ditetapkan judulnya adalah 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. Tidak memilih judul dari tulisan salah satu kompasianer karena tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Buku ini dicetak eksklusif bukan untuk umum.
4. Bentuk buku ukurannya seperti novel standar, memang menjadi tambah halaman, Â bisa+- menjadi 500 halaman, Â ini keren, bisa dibawa-bawa.
Perjanjian saya dengan Om Tjip adalah 320 halaman. Memang saat pertama disetting ukuran buku A5 mencapai 500 halaman, makanya diubah menjadi ukurna B5. Dan lagipula, ini buku langka. Collectible. Bukan untuk dibawa-bawa, kan?