Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percayalah

26 Juni 2020   20:26 Diperbarui: 26 Juni 2020   20:38 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Belahan jiwa.

Kita adalah jiwa-jiwa yang terbang melayang melalui kehampaan di atas batu yang berputar melalui ruang kosong yang tak berujung. Kita tak butuh lidah api atau Matahari untuk merasakan kehangatan atau kesejukan air telaga di tenggorokan.

Tidak, anakku. Kita manusia hanya saling membutuhkan.

Jadi jangan gunakan kepalamu untuk bertarung dalam pertempuran ini. Jangan biarkan dadamu dikuasai emosi atau amarahmu. Jangan gunakan kekuatan atau logikamu. Jangan gunakan tanganmu. Bahkan, jangan percaya pada kata hatimu. Meskipun jantungmu berdetak kencang semurni naluri hewan buas yang dipojokkan oleh kesepian dari keberadaan kita. Dan, seperti binatang buas yang tersudut berjuang untuk bertahan hidup, ketakutanmu tidak boleh menjadi senjatamu.

Tidak, anakku,

Inilah saatnya kamu mempercayai rasa sakitmu. Inilah saatnya kamu mempercayai kesepianmu. Percaya pada kerinduanmu akan belahan jiwa yang lain di dunia tandus gersang ini.

Dan percayalah bahwa dia juga akan merasakannya. Percayalah bahwa dia juga merasakan keterasingan dan pengabaianmu setajam kesepian yang kamu rasakan. Percayalah bahwa dia merasakan sakit sebanyak yang kamu rasakan karena merasakan kehilangan dia.

Musnahkan perasaan itu dan bercerminlah pada kehidupan yang dijalani oleh orang-orang di sekitar kita.

Percayalah bahwa semua merasakan kesakitan sepertimu. Percayalah bahwa kamu melukai mereka sama seperti kamu melukai dirimu sendiri, bahkan mungkin lebih lagi. Padahal, siapa pun yang telah merasakan cinta tertinggi, selayaknya harus mampu selamat dari titik nadirnya. Percayalah bahwa ketika kita jatuh di hadapan belahan jiwa, kita akan bisa bangkit untuk bersamanya.

Percayalah, anakku.

Kamu tidak sendirian dalam perang cinta yang tiada akhir ini. Kamu hanya kalah ketika kamu berhenti mencintai.

Jadi, anakku, 

Jangan pernah berhenti mencintainya.

Jakarta, 26 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun