Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aci Sampeu

9 Juni 2020   11:16 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:28 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah bagaimana awalnya, aci sampeu menjadi langka di seluruh dunia.

Maryam menggigil meski tubuhnya dibalut tujuh lapis gamis tebal. Salju semakin sering turun di kota Mekah.

Di jalan, mobil yang mengangkut es batu melintas menyibak kristal salju menjadi awan debu uap panas. Hanya Abu Bard yang tampak segar bugar penuh kehangatan, seakan es batu dagangannya mencairkan kebekuan molekul udara akibat cuaca ekstrim rendah.

"Maryam, es batu ini masih hangat!" katanya sambal tertawa.

"Kata Umi, kiamat sudah dekat."

"Aku yakin kita duluan tiada sebelum kiamat tiba. Dalam cuaca seperti ini sebaiknya kau minum sorbet panas."

Abu Bard menurunkan sebongkah es batu yang digunakan ibu Maryam - Umi Euis -- untuk menyimpan ikan mas yang diimpor dari Cina. Maryam menelan ludah, berharap rasa cireng yang pernah dikecapnya semasa kecil di Bandung dulu masih bersisa dalam memorinya.

Abu Bard keliru, pikirnya. Kiamat memang sudah dekat.

Bandung, 9 Juni 2020

*Aci sampeu (Bhs. Sunda): tepung tapioka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun