Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Renggut Jiwaku, Tuhan Lebih Sayang Nina . Innalillahi wainnailaihi rojiun (Part II-Habis)

7 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 7 Desember 2019   23:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Letih yang sangat jadikan tidur tak terasa hingga pagi capat hadir hari ini. Adul bangunkan kawan sekamar dan kamar sebelahnya dan kabarkan jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya mereka sudah kesiangan. " Hayooo semuanya kita berangkat setelah mandi sarapan di jalan aja ya..." kata Adul kasih saran ke teman-teman agar bisa sesegera mungkin berangkat. Sementara kamar mandi antri yang lain menunggu duduk di kasur dengan handuk terbalut sedengkul hingga pusar sambil menikmati kopi.

Walaupun diusahakan sesegera mungkin tetap saja mulai berangkat jelang jam 12 siang juga. Kembali Nano dan kawan-kawan menyusuri jalan menuju Jawa Tengah dan kali ini fokus cari rumah makan karena tadi tidak sempat sarapan dan ini juga sering terjadi dalam perjalanan tugas. Jika masih wilayah Ciamis menuju Jateng ada menu favorit dan sepertinya tidak jauh beda dengan Tasikmalaya yaitu ikan gurame bakar atau goreng dengan sambal lalapan. Rasa lapar tuntas sudah dikala ada pondokan berbentuk saung-saung dijumpai Nano dan kawan-kawan sebelum masuk batas propinsi Jateng.

Truk dan mobil beriringan menuju Purworejo sekaligus mengejar waktu istirahat malam agar pagi besoknya bisa langsung kerjakan target pemasangan tiang lampu. Seperti biasa dalam perjalanan diisi lagu-lagu terkini dimasanya seperti ST 12, Bondan Prakoso Fade 2 Black, kotak dengan hits nya "Pelan-Pelan Saja " perempuan vokalisnya tapi koq ya nge-rock abisss ya. Kadang terdengar juga lagu Opick yang relijius dan adem didengar di mobil terus bisa lanjut lagu Geisha yang dimasanya hits bersamaan dengan Kotak Band.

Lalui beberapa kota hingga tak terasa ada gapura bertuliskan " Selamat Datang di Kabupaten Purworejo setelah tembus kota Purworejo. "Ah ... koq ya rasanya kamu dekat sekali Nin, padahal kamu masih jauh berpuluh kilometer lagi dari Purworejo," Nano memberi kabar ke Nina bahwa dia sudah sampai Purworejo. "Ya mas, perasaan koq kamu dekat ya dan terasa kamu hadir didepan aku...kabari ya mas kalau jadi mampir ke tempat aku besok,"Kata Nina sambil menjaga api kayu bakar di tungku yang terbuat dari tanah liat. 

Ada dua lubang tungku yang sedang di jaga Nina tungku pertama untuk memasak sari air pohon kelapa untuk membuat gula jawa dan satu lagi masak air panas untuk malam ini untuk kopi dan teh keluarga. " Oh iya, malam ini aku tanyakan langsung deh sama teman-teman mau mampir tidak besok ke tempatmu Nin,"tegas Nano semangat sekali.

Nano dan kawan-kawan memilih tidak tidur di hotel atau penginapan tapi menumpang rumah salah satu warga dan tentunya dengan kompensasi uang pengganti dan tidak besar. Pilihan menginap di rumah warga agar besok lebih cepat kerjakan tugas. Tiba di rumah warga yang sudah dipilihkan oleh penghubung  maka tak waktu lama semua tas diturunkan untuk masuk ke dalam kamar masing-masing. Ada tiga kamar tersedia maka dengan jumlah orang akan ada satu orang tidur di satu kamar. Tapi tidak semuanya mau dengan satu kamar bukan karena takut tapi lebih seru kalo kumpul dan ada teman ngobrol.


Lepas waktu azan Isya sekitar hampir setengah delapan semua tim berkumpul santai di teras depan rumah. Biasanya didepan rumah atau teras di desa selalu ada meja dan kursi kayu disertai teko teh dari kaleng maupun tanah liat siap dihidangkan ke gelas. Kopi juga selalu siap bahkan airnya selalu panas mendidih karena air diambil dari panci yang selalu standby diatas tungku api dengan bara menyala.

Suaranya pun senyap sekalipun jam baru mengarah ke pukul delapan malam. Sayup-sayup terdengar siaran radio berbahasa Jawa dan masih diisi iklan komersial yang padat sekali ditengah siaran. " Bir, Dul, Pri , Muk," lengkap Nino memanggil nama teman-temannya... "gimana , besok mau ngga mampir ke tempat Nina, karena Nina mau siapin bebek bakar atau goreng kalau jadi mampir," kata Nano dengan muka penuh harap menanti jawaban teman-teman. 

Lantas Bira mengambil list kerjaan di lembaran kertas dalam tas. Adul juga memanggil Jali supir truk logistik untuk diajak minta masukan atas tawaran Nano. "Cuy, keburu ngga kalo besok malam kita mampir ke rumah Nina di Karanganyar?"tanya Adul ke Jali sang supir truk logistik. " Kalau truk sebenarnya fleksibel tapi kan kita masih mengejar pagi di Probolinggo, sementara kita kan bawa barang lumayan jadi saran saya ya yang berikutnya aja deh mampirnya," Kata Jali mengisyaratkan tidak bersedia mampir ke Nina.

Supri juga menimpali Jali. " Kalo mobil kita sih cukup lincah bisa lah kejar waktu pagi berangkat malam waktu normal 4-5 jam kalau dari Karanganyar Solo ke probolinggo. Tapi tetap tak terkejar karena kemungkinan besok dari Purworejo jelang malam berangkat. Artinya malam besok kita usahakan sudah sampai Probolinggo tengah malam dan dapat tempat buat istirahat," Tegas Supri kasih penjabaran dan kemungkinannya buat besok. Sepertinya angin tak berpihak pada tawaran Nano yang sebenarnya juga tak tahan untuk bertemu Nina yang juga sama perasaannya. Ibarat voting di sidang umum PBB Nano kalah suara ditambah lagi ada yang sinis atas hubungan Nano dan Nina. 

Siapa lagi kalo bukan Samuk yang pendiam namun memiliki tabiat kurang disenangi kawan-kawannya termasuk Nano. Samuk memberi tambahan masukan." Sudah fokus saja dulu sama kerjaan, besok saja kerjaan pasang tiang sudah menanti di desa-desa Purworejo dan belum tahu juga jamnya kapan selesai apalagi sampai Probolinggo," kata Samuk setengah ketus dengan wajah yang sedikit berpaling dari Nano. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun