Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Renggut Jiwaku, Tuhan Lebih Sayang Nina . Innalillahi wainnailaihi rojiun (Part II-Habis)

7 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 7 Desember 2019   23:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hadir kembali, Nano bangun seolah tanpa beban lelah walaupun Cuma tiga jam tidur. Tas siap berangkat disandarkan disamping pintu depan kantor. Tak lama kemudian datanglah mobil sewaan untuk tugas yang langsung dibawa oleh mas Supri ,sopir yang juga sahabat karib Nano. Klakson mobil berbunyi beberapa kali menandakan para kawan-kawan yang bertugas untuk merapat ke mobil untuk segera berangkat.  

Semua barang-barang bawaan untuk keperluan tugas di masukkan ke mobil termasuk tas-tas pribadi. Tuntas sudah semua barang masuk dan pasukan tugas siap berangkat. Seperti biasanya Nano kalo tugas luar kota dia pilih duduk paling belakang sebab ngga suka ngobrol apalagi diskusi. Terus untuk apa di belakang ? Biasa...apalagi kalo bukan chat Nina tersayang. 

" Nin, aku dah di mobil nih siap berangkat. Doain aku ya," Nano manja melaporkan ke Nina." Iya mas hati-hati ya, jangan lupa makannya ya jangan telat," Nina ingatkan Nano yang suka lalai waktu makannya. Mobil akhirnya melaju menuju tol dalam kota untuk masuk tol cikampek diiringi lagu-lagu maknyus Indonesia dan bisa nyanyi bareng karena sering disetel oleh admin keuangan kantor mba Nunuy yang cihuy. 

Nano juga kadang suka godaian mba nunuy, tapi ngga cuma Nano hampir semua cowok kantor pernah godain karena memang mba Nunuy cantik dan supel orangnya. Astrid yang dijuluki Bjork Indonesia kebetulan lagi hits pas Nano dan Nina sedang kasmaran. Pas masuk reff lagu Astrid yang judulnya "Tentang Rasa" muncullah Koor amburadul dadakan dari para penghuni mobil.

Dapatkah selamanya kita bersama?

Menyatukan perasaan kau dan aku

Semoga cinta kita kekal abadi

Sesampainya akhir nanti, selamanya

Nano tidak bernyanyi dengan suara terdengar tapi dia asyik menikmati irama dan syairnya yang dirasa pas dengan situasinya bersama Nina.

Jalan terus dilalui dengan riuh mulai cerita satu-persatu, bercanda bahkan saling "ceng-cengan" tapi bukan bully. Seiring mobil tim tugas kencang melaju ke daerah tujuan ada juga  logistik kerja yang diangkut dengan truck ke arah yang sama. Jadi pas tiba di lokasi tujuan barang yang akan dipasang siap diturunkan di beberapa titik dalam setiap desa. Hari mulai gelap dan sebentar lagi tiba di tujuan pertama Ciamis Jawa Barat. Karena tanggung dan juga jarak perjalanan yang jauh maka Nano dan teman-temannya perlu istirahat. Akhirnya tiba di penginapan dua lantai yang dipilih tak jauh dari lokasi program kerja tim Nano. 

"Malam pak, ada kamar kosong ngga ya? Ada wifi-nya?", begitu urutan pertanyaan Nano kepada resepsionis penginapan. " Ada pak, kebetulan baru aja pada kosong. Kalau datangnya kemarin pasti ngga kebagian tempat nginap karena semua hotel dan penginapan sudah penuh di tempati oleh peserta acara Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Kebetulan hari ini hari terakhir acara pak," kata resepsionis mengabarkan bahwa masih ada stok kamar untuk menginap. "Internet ada pak, cuma ya biasa pak kadang muncul kadang hilang. Maklum ya pak" kata resepsionis penjelasan tambahan ke Nano. "Oke dua kamar ya pak, tambah kasur di satu kamar ya," Nano setuju untuk ambil kamar.

Barang kebutuhan tugas masuk ke kamar termasuk tas-tas, semua bahu membahu keluarkan dari mobil. Hingga akhirnya bagi Nano dan kawan-kawan melihat kasur di kamar seperti melihat pemandangan indah. Ada yang mandi, ada yang merokok ada juga yang sibuk cari-cari sinyal. Nano bagian yang termasuk cari sinyal buat persiapan malam yang asoy bersama Nina. Titik sinyal yang pas buat Nano ada deket pintu kamar. Mulai deh Nano beraksi umbar kata dengan semburan sayang terurai buat Nina seorang. Teman-teman Nano terpikir untuk keluar ke pusat kota buat penyegaran suasana atau cari kuliner yang pas. 

"Sepertinya sate Etom  boleh juga, ceritanya santer juga ya, boleh nih kita coba,"kata Bira, cowok berbadan tambun sambil pandang wajah dua teman sekamar Nano dan Supri. "Sate dan gulenya sudah ada lho dari tahun 65', Yuk ah kita cobain..sekarang yang pegang sudah generasi ketiga,"Jelas Supri yang terlihat antusias mau ke Sate Etom yang memang ada di jalan raya Pemuda yang searah dengan penginapan mereka ke arah Pangandaran. Nano tetap diam dan bergeming menunjukkan muka tak mau keluar kamar. 

Nano selalu begitu dalam setiap perjalan tugas tidak mau keluar kamar bersama teman-teman. Baginya chat dengan Nina sudah sama saja makan makanan terlezat didunia dan tak tergantikan. Walhasil Adul dan Bira ke kamar sebelah untuk mengajak Supri dan Samuk. Semuanya berangkat ke sate Etom dan menikmati malam versi mereka kecuali Nano yang asyik masyuk di kamar. " Nin, aku ngga ikut temen-temen pada makan di sate Etom.koq aku kenyang ya kalo chat sama kamu," kembali Nano manja sedikit merayu Nina. "Ihhh, Mas..harusnya ikut aja lah makan...kan bisa selesai makan kita lanjut chatnya,"kata Nina coba bijak sarankan Nano." Ya udah deh, aku ikut aja deh ikut mereka makan..terus kenyang ehh tidur deh," goda Nano. 

"Jangaaannn, aku Cuma bercanda koq...aku seneng kamu temani malam ini.Tapi ya jangan lupa..ya sambil ngemil ya kalo chat...takut kamu sakit,'Balas Nina. Bagi Nano super sekali rasanya hisap rokok dengan kopi panas pandangan menghadap layar BB. " Besok aku selesaikan tugas pasang beberapa tiang lampu di desa yang terpilih, semoga bisa rampung ya Nin biar lanjut ke daerah lainnya,'Nano paparkan tugas besok. " ya mas, aku doakan selalu yang terbaik buat kamu dan kita,"Nina kasih dukungan buat Nano.

Suara handphone berdering bukan alarm tapi suara panggilan karena ternyata truk logistik sudah masuk Ciamis dan menanyakan posisi tim Nano. Apesnya handphone yang dituju adalah hp Nano." Ahhhh jam berapa ini .....ngga tahu apa ya gue baru tidur jam 4 sekarang jam setengah 6..." gerutu Nano sambil meraba-raba kasurnya meraih blackberrynya. " Halo, no ini gimana gue dah masuk Ciamis nih. Truk barang langsung ke desa tujuan apa ke hotel lo,"Kata Jali vendor logistik tiang lampu. " Lo bawa aja ya truknya ke penginapan, nanti gue kirim alamatnya. kita barengan yak desa tujuan," Jawab Nano setengah malas menjawab dengan nada tidak stabil.

Jam menunjukan pukul delapan pagi dan Nano tetap terbangun karena terbiasa seperti di kantor Jakarta. Keluar penginapan dan cek tempat parkir dan ternyata sudah ada truk pengangkut logistik terparkir. Nano hapal truck yang biasanya ikut dari seri,warna dan kata-kata di belakang truk. Kalo truk yang biasanya ikut seri Bekasi, warna kuning dan tulisan khas bagian atas di buntut truk " Pergi dicariin, pulang dimarahin"dibawahnya adalagi Cintamu tak seberat muatanku". Kali ini seri Jakarta warna sama kuning tulisan di buntut truk beda yaitu "ya Allah, jauhkanlah aku dari ibu-ibu pake motor yang lampu sennya ke kiri beloknya ke kanan".

Nano menghampiri truk dan nampak sopir dan kru-nya lelah tertidur di dalam truk. "Ah...biarlah mereka istirahat dulu lepaskan lelah dari perjalanan yang juga sama jauhnya dengan aku,"gumam Nano.

Semua rekan sudah berkumpul dan siap menuju desa-desa yang sudah tercatat untuk diselesaikan pemasangan tiang lampu karena jam sudah menunjukan pukul 10.00. Semangat terpancar dari semua anggota tim untuk segera selesaikan tugas agar bisa lanjut ke desa-desa lainnya atau pindah daerah propinsi lainnya. 

Terlihat Nano sesekali mainkan BB nya dan mengetik penuh simpul spertinya sedang beri laporan ke Nina. Tak terasa pekerjaan demi pekerjaan tuntas dilakukan demi mengejar target ke daerah lainnya. Akhirnya sepuluh tiang selesai jelang sore di desa terakhir untuk propinsi Jawa Barat. Semua tampak sumringah artinya tidak ada pekerjaan yang tersisa untuk besok dan bisa lanjut ke propinsi Jawa Tengah.

Berdebar sekali hati Nano mendengar Jawa Tengah sebab di propinsi itulah Nina tinggal dan siap menyambut Nano. Malam ini sedikit lelah tapi semuanya puas dan senang setelah selesaikan pekerjaan dan bisa istirahat untuk besok lanjut ke Jawa Tengah di suatu Desa di Purworejo. Nano tak kuasa menahan mata kali ini sekalipun mencoba bertahan. 

"Nin, aku rasanya koq ngantuk banget dan letih apa karena kecapekan ya,"Kata Nano dengan mata menyipit memandang BB."Ya istirahat aja mas malam ini, kan besok lanjut lagi toh ke Jateng,' Nina bijak sarankan Nano. "Mas, kabari ya kalo bisa mampir nanti ketempatku ya,"Pinta Nina, namun jawaban tak berbalas karena Nano ternyata tertidur mendengkur dengan posisi BB masih tergenggam di tangan.

Letih yang sangat jadikan tidur tak terasa hingga pagi capat hadir hari ini. Adul bangunkan kawan sekamar dan kamar sebelahnya dan kabarkan jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya mereka sudah kesiangan. " Hayooo semuanya kita berangkat setelah mandi sarapan di jalan aja ya..." kata Adul kasih saran ke teman-teman agar bisa sesegera mungkin berangkat. Sementara kamar mandi antri yang lain menunggu duduk di kasur dengan handuk terbalut sedengkul hingga pusar sambil menikmati kopi.

Walaupun diusahakan sesegera mungkin tetap saja mulai berangkat jelang jam 12 siang juga. Kembali Nano dan kawan-kawan menyusuri jalan menuju Jawa Tengah dan kali ini fokus cari rumah makan karena tadi tidak sempat sarapan dan ini juga sering terjadi dalam perjalanan tugas. Jika masih wilayah Ciamis menuju Jateng ada menu favorit dan sepertinya tidak jauh beda dengan Tasikmalaya yaitu ikan gurame bakar atau goreng dengan sambal lalapan. Rasa lapar tuntas sudah dikala ada pondokan berbentuk saung-saung dijumpai Nano dan kawan-kawan sebelum masuk batas propinsi Jateng.

Truk dan mobil beriringan menuju Purworejo sekaligus mengejar waktu istirahat malam agar pagi besoknya bisa langsung kerjakan target pemasangan tiang lampu. Seperti biasa dalam perjalanan diisi lagu-lagu terkini dimasanya seperti ST 12, Bondan Prakoso Fade 2 Black, kotak dengan hits nya "Pelan-Pelan Saja " perempuan vokalisnya tapi koq ya nge-rock abisss ya. Kadang terdengar juga lagu Opick yang relijius dan adem didengar di mobil terus bisa lanjut lagu Geisha yang dimasanya hits bersamaan dengan Kotak Band.

Lalui beberapa kota hingga tak terasa ada gapura bertuliskan " Selamat Datang di Kabupaten Purworejo setelah tembus kota Purworejo. "Ah ... koq ya rasanya kamu dekat sekali Nin, padahal kamu masih jauh berpuluh kilometer lagi dari Purworejo," Nano memberi kabar ke Nina bahwa dia sudah sampai Purworejo. "Ya mas, perasaan koq kamu dekat ya dan terasa kamu hadir didepan aku...kabari ya mas kalau jadi mampir ke tempat aku besok,"Kata Nina sambil menjaga api kayu bakar di tungku yang terbuat dari tanah liat. 

Ada dua lubang tungku yang sedang di jaga Nina tungku pertama untuk memasak sari air pohon kelapa untuk membuat gula jawa dan satu lagi masak air panas untuk malam ini untuk kopi dan teh keluarga. " Oh iya, malam ini aku tanyakan langsung deh sama teman-teman mau mampir tidak besok ke tempatmu Nin,"tegas Nano semangat sekali.

Nano dan kawan-kawan memilih tidak tidur di hotel atau penginapan tapi menumpang rumah salah satu warga dan tentunya dengan kompensasi uang pengganti dan tidak besar. Pilihan menginap di rumah warga agar besok lebih cepat kerjakan tugas. Tiba di rumah warga yang sudah dipilihkan oleh penghubung  maka tak waktu lama semua tas diturunkan untuk masuk ke dalam kamar masing-masing. Ada tiga kamar tersedia maka dengan jumlah orang akan ada satu orang tidur di satu kamar. Tapi tidak semuanya mau dengan satu kamar bukan karena takut tapi lebih seru kalo kumpul dan ada teman ngobrol.

Lepas waktu azan Isya sekitar hampir setengah delapan semua tim berkumpul santai di teras depan rumah. Biasanya didepan rumah atau teras di desa selalu ada meja dan kursi kayu disertai teko teh dari kaleng maupun tanah liat siap dihidangkan ke gelas. Kopi juga selalu siap bahkan airnya selalu panas mendidih karena air diambil dari panci yang selalu standby diatas tungku api dengan bara menyala.

Suaranya pun senyap sekalipun jam baru mengarah ke pukul delapan malam. Sayup-sayup terdengar siaran radio berbahasa Jawa dan masih diisi iklan komersial yang padat sekali ditengah siaran. " Bir, Dul, Pri , Muk," lengkap Nino memanggil nama teman-temannya... "gimana , besok mau ngga mampir ke tempat Nina, karena Nina mau siapin bebek bakar atau goreng kalau jadi mampir," kata Nano dengan muka penuh harap menanti jawaban teman-teman. 

Lantas Bira mengambil list kerjaan di lembaran kertas dalam tas. Adul juga memanggil Jali supir truk logistik untuk diajak minta masukan atas tawaran Nano. "Cuy, keburu ngga kalo besok malam kita mampir ke rumah Nina di Karanganyar?"tanya Adul ke Jali sang supir truk logistik. " Kalau truk sebenarnya fleksibel tapi kan kita masih mengejar pagi di Probolinggo, sementara kita kan bawa barang lumayan jadi saran saya ya yang berikutnya aja deh mampirnya," Kata Jali mengisyaratkan tidak bersedia mampir ke Nina.

Supri juga menimpali Jali. " Kalo mobil kita sih cukup lincah bisa lah kejar waktu pagi berangkat malam waktu normal 4-5 jam kalau dari Karanganyar Solo ke probolinggo. Tapi tetap tak terkejar karena kemungkinan besok dari Purworejo jelang malam berangkat. Artinya malam besok kita usahakan sudah sampai Probolinggo tengah malam dan dapat tempat buat istirahat," Tegas Supri kasih penjabaran dan kemungkinannya buat besok. Sepertinya angin tak berpihak pada tawaran Nano yang sebenarnya juga tak tahan untuk bertemu Nina yang juga sama perasaannya. Ibarat voting di sidang umum PBB Nano kalah suara ditambah lagi ada yang sinis atas hubungan Nano dan Nina. 

Siapa lagi kalo bukan Samuk yang pendiam namun memiliki tabiat kurang disenangi kawan-kawannya termasuk Nano. Samuk memberi tambahan masukan." Sudah fokus saja dulu sama kerjaan, besok saja kerjaan pasang tiang sudah menanti di desa-desa Purworejo dan belum tahu juga jamnya kapan selesai apalagi sampai Probolinggo," kata Samuk setengah ketus dengan wajah yang sedikit berpaling dari Nano. 

Bubarlah harapan Nano untuk bisa mampir ke tempat Nina  dengan tawaran niat baik makan bebek bakar atau goreng. Sungguh jengkel batin Nano dan ini sudah beberapa kali perjalanan tugas terjadi dan selalu tertutup rapat keinginan mampir. " nin, maaf..tadi aku sudah sampaikan tawaran mampir ke temen-temen...tapi...," .... Belum selesai ketikan BBM Nano disambar oleh Nina ,"Aku tahu koq jawaban kamu dan tanggapan teman-teman kamu mas,"tegas Nina jelas marahnya. " Ngga papa mas, toh aku juga memangnya siapa. Hanya wanita dusun yang tak layak ditemani orang-orang kota seperti teman-teman kamu mas," lanjut marah Nina tanpa peduli balasan Nino.

Malam itu seperti mencekam bagi Nano karena tak mampu meredam amarah Nina yang kecewa dan selalu kecewa dalam setiap perjalanan tugas Nano. Dalam beberapa kali perjalanan tugas Nano selalu tak berhasil singgah dan meyakinkan teman-temannya untuk mampir ke rumah Nina. Chatnya Panjang dan berbaris namun tak berbalas. Malam terasa Panjang sekali tak seperti malam-malam sebelumnya bagi Nino.

Tok..tok tok....suara ketukan pintu terdengar dan sambil mengucap salam. Rupanya penghubung kegiatan di desa sudah datang dan berencana untuk segera memandu ke lokasi. Adul bangun lebih dahulu daripada teman-teman lainnya. Mata masih memicing berjalan kearah pintu dan membukanya. " owhh pak Kardi sudah sampai ya...mari masuk pak,"kata Adul mempersilahkan Pak Kardi untuk masuk dan duduk. Adul bergegas bangunkan teman-temannya. " Cuy, pak Kardi sudah datang nih...yukk jangan sampe kesiangan ..bisa runyam kita kalo kesiangan. Kan besok masih ada satu lagi ke Probolinggo," Kata Adul penuh usaha bangunkan timnya yang masih tertidur.

Tidak ada yang sulit dalam proses pengerjaan karena tim ini sudah beberapa kali selesaikan tugas yang sama dan sorepun kembali datang dengan beriring hasil yang memuaskan. Seluruh tiang lampu terpasang seluruhnya di titik lokasi yang sudah ditentukan. Kembali sukses tanpa tersisa semua titik desa target terpenuhi tim bersiap kembali bergerak menuju Probolinggo Jawa Timur sore ini. Diatara kegembiraan yang ada tampak Nano masih gamang dan selalu memikirkan Nina. Karena rute tugas kali ini melewati daerah Nina dan dia tak bisa mampir walau hanya sebentar. "Kawan-kawan...kita segera bergerak ke Probolinggo ya, jangan lupa semua semua barang-barang masuk ke mobil ..jangan ada yang tertinggal,"Adul mencoba ingatkan rekan kerjanya agar tak telat mengejar waktu.

Mobil bergerak meninggalkan Puworejo dan ada perasaan yang terus bergejolak. Ada rasa yang semakin dekat karena mobil pasti akan melalui Karanganyar Solo dimana ada Nina disana. " Nin, kamu koq diam aja ...mas sudah bergerak ke arah Probolinggo...koq aku deg degan ya walau nanti Cuma lewat tempat kamu....seakan kamu melambai sambut aku," Nano mencoba chat Nina yang dari semalam belum berbalas karena masih marah karena Nino tak bisa mampir ke rumahnya. 

Terlihat pesan Nano sudah terbaca namun belum juga ada balasan. Perlahan namun pasti akhirnya dalam beberapa jam melintaslah mobil di Karanganyar Solo. Diantara kawan-kawan juga ada yang empati atas rasa yang dirasakan Nano. " Kesempatan lain aja No ya mampirnya...kan kita mepet sekali skedulnya," kata Bira mencoba tenangkan rasa Nano yang sedang memandangi pinggiran jalan Karanganyar dengan pandangan yang dalam. 

"Ya ngga papa Bir, kesempatan lain aja yang lebih longgar," kata Nano sambil menurunkan kaca mobil tanpa memberitahukan teman-teman lainnya karena masih terpasang AC. Ada pandangan mendalam dari Nino seperti ingin segera turun dan mencari Nina. Angin yang sayup - sayup menerpa wajah Nano membuat rasa kantuk yang berat dan tak lama tertidur. Supri pun segera naikkan jendela mobil dari central windownya.

" Loh mas kamu jadi toh mampir ke rumah aku ...koq ngga bilang-bilang sih," Nina sumringah terkaget-kaget lihat Nano sudah didepan pintu rumahnya. " Iya Nin..aku senang bisa juga akhirnya mampir ke kamu walaupun dadakan tanpa beitahu sebelumnya....makasih ya Pri dah belokin mobilnya ke arah rumah Nina," kata Nano sambil menoleh ke Supri dan teman-teman lainnya. " Hayooo hayoo, silahkan masuk ...maaf inilah apa adanya ...rumah di dusun dan masih berantakan belum selesai dibangun," kata Nina dan segera berjalan ke arah dapur mengambil air panas untuk menyiapkan kopi dan teh. 

Sementara Nina sedang siapkan kopi dan teh orang tua Nina menemani Nano dan teman-temannya bercengkerama. Nano tak konsen mulut berbicara tapi mata ke arah dapur. Dan bahkan jadi tidak teratur apa yang dibicarakan Nano. " Kalo mas Nano Jakarta nya dimana ya ," tanya bapak Nina ke Nano. " Owh sudah pak...sudah... saya dan temen-temen sudah makan pak," Nano ngawur menjawab dan mata masih menatap arah dapur. Sontak semua kawan-kawan Nano tertawa terbahak-bahak dan orangtua Nina juga senyum-senyum kecil. " No, ini sudah malam kapan kita sudah makannya,...hehehehehe lagian bapaknya nanya lo dimana Jakartanya," kata Adul yang masih tertawa lepas. " Ehh ..ehh , maaf bapak maaf..saya di Cempaka Putih Jakarta Pusat pak bu, tapi saya juga tinggal di Kantor," kata Nano mencoba fokuskan pandangan ke orangtua Nina. Tak lama Nina datang bawa nampan kayu berisi lima gelas kopi hitam yang masih terlihat panas mengebul. 

" Monggo mas silahkan dinikmati ...," kata Nina sambil memindahkan gelas satu persatu ke meja dan duduk bergabung di bangku samping bapaknya dengan nampan (media pengantar kopi) diletakkan diatas kedua pahanya.Pandangan Nano tak bergeser terus ke Nina dari proses menghidangkan kopi hingga Nina duduk di bangku. Rupanya Nano lebih berani dan seru melalui chat BBM dibandingkan dengan bertemu Nina langsung. Mulut Nano terasa ada gembok besar dan kuncinya hilang entah kemana. ," Ehmmm Nin....ehh Ninn....," coba Nano berkata ke Nina. ," Apa mas...,"nina menjawab dengan mata memandang wajah Nano yang ternyata menunduk. " Ini Nin, anu lohh...kan itu ya..apa..yang itu loh...," Kata-kata Nano tak jelas dan buat bingung Nina dan lainnya. 

Tiba-tiba " Hayookkk kita turun semuanya, jangan lupa turunkan semua tas dan peralatan ...kita sudah sampai di rumah warga, "Kata Adul mengumumkan kepada teman-teman sudah sampai di satu desa Kabupaten Probolinggo. " No,...No...bangun..bangun..kita sudah sampai nih..hayook terusin tidurnya di kamar ya," Adul coba bangunkan Nano yang sendirian tertidur di dalam mobil." Ah, perasaan aku bukannya tadi lagi pada kumpul ya di rumah Nina ...,"Kesal Nano dan baru tahu dia bermimpi.

" Gimana cuy mimpinya...lelap banget tidurnya ya mulai dari Karanganyar sampai Probolinggo ,' Ledek Samuk sambil bawa tas masuk ke kamar rumah warga yang disewa oleh tim.

Istirahat semalam kembali membuat segar fisik Nano dan teman-temannya di pagi hari ini. Aktifitas hari ini rasanya  berbeda. lebih santai karena berada di wilayah terakhir tugas dan memiliki limit yang cukup dari yang ditargetkan. Sisa limit hari yang ditargetkan sisa dua hari. Jadi hari ini kalaupun telat pekerjaan masih ada sisa sehari dan seharinya untuk pulang ke Jakarta. Waktu terus berjalan desa demi desa terpasang tiang lampu. Rupanya jarak desa satu sama lainnya yang menjadi target pasang ternyata tidak jauh dan mempercepat waktu pengerjaan. Nano juga fokus sekali hari ini dengan pekerjaan bersama teman-temannya. 

Tak terasa pukul tiga jelang sore semua titik sudah terpasang tiang lampu sontak keluar kata dari Supri." Wah bisa dong nih sore pulang langsung ke Jakarta...Sudah kangen nih sama anak istri,"ajak Supri ke kawan-kawannya. " Bisa banget lah, truk logistik juga udah bisa pulang karena barang sudah kosong, tapi kalau mau istirahat dulu semalam ya ngga papa," kata Bira dengan santai. Nano tak berucap sepatah katapun masih terus terdiam. Teman-teman Nano sungguh tahu apa yang dipikirkan olehnya. 

Samuk yang biasanya ketus dan kurang disenangi oleh teman-temannya berancang-ancang bicara. " Hemm,..gue perhatiin si Nano diam aja dari semalam...gue tahu apa yang dipikirkan...gimana kalau malam ini kita pulang ke Jakarta,"kata Samuk sambil perhatikan gelagat Nano yang seakan ada kata yang mau diucapkan. Samuk melanjutkan obrolan," Tapi ...tapi kita mampir ya ke rumah Nina..biar ngga butek nih muka Nano ..gimana ???. Nano terkejut kaget bukan main tidak sangka Samuk bisa kasih usulan mampir. Sungguh Nano tidak sangka sebab yang dia dan kawan-kawan tahu Samuk orang yang sangat menyebalkan dan jauh dari empati. 

"Gimana No, lo kayaknya kaget ya sama usulan gue? heheheh No gue tuh gitu orangnya ya tapi ngga seperti dugaan lo selama ini tentang gue lah," kata Samuk seperti tahu percakapan isi hati Nano dan kawan-kawan. Rasanya tak ada lagi yang menghalangi rencana pertemuan Nano dan Nina malam ini. Kawan-kawan lainnya seperti sepakat sore ini pulang ke Jakarta dan mampir ke rumah Nina di Karanganyar Solo. Setelah sepakat dengan rencana yang sudah dibahas , seluruh anggota tim bergegas mandi dan berkemas ke mobil beriring dengan truk. Nano tampak yang terlihat paling dahulu rapih dan wangi dan tasnya pun paling dahulu masuk ke mobil. Tak menunggu waktu lama Nano dan kawan-kawan sudah berada di mobil dan siap berangkat pulang ke Jakarta transit dahulu di rumah Nina.

Percakapan dalam mobil tak jauh dari ledekan-ledekan kecil ke arah Nano yang menghitung jam bertemu dengan Nina yang selama ini belum pernah dijumpainya . Pertemuan Nano dengan Nina terjadi berawal dari komunitas di media sosial dan berlanjut ke chat pribadi. Akhirnya muncul rasa suka hingga menyatakan cinta. Mereka berdua, Nano dan Nina saling menyukai musik-musik cadas dan kostum gelap dengan gravier black metal. Kawan-kawan Nano tahu tentang Nina karena Nano suka bercerita dan beragam masukan didapat untuk Nano. 

Percakapan-percakapan berlanjut penuh keseruan di dalam mobil diiringi lagu-lagu yang hits 2010-an dan bisa dinyanyikan bareng karena hampir setiap hari disetel di kantor. Kota dan kabupaten Jawa Timur dilalui dengan santai hingga akhirnya tampak didepan gapura besar menunjukkan kita telah datang di Propinsi Jawa Tengah dan sampai jumpa Propinsi Jawa Timur. Tak jauh dari Gapura pasti kita akan masuki Karanganyar Solo. Ternyata jam sudah menunjukan hampir pukul 11 malam. Nano gelisah sebab chatnya masih belum berbalas semenjak kemarin dari gagalnya mampir ke rumah Nina. 

Berbekal alamat yang disimpan di blackberry Nano dan kawan-kawan mulai menyusuri desa tempat tinggal Nina. Beberapa kali adul turun dan bertanya kepada warga yang ada hingga pada satu perempatan ada pos kamling (keamanan lingkungan) adul turun kembali menanyakan alamat rumah Nina dan di jawab oleh satu warga yang ternyata tetangga desa. " Kebetulan itu tetangga desa saya mas, tapi di perbatasan ini alamatnya, lurus aja nanti perempatan kedua ambil kiri nah disitulah kira-kira rumahnya," jawab satu warga yang mengenakan sarung penahan hawa dingin malam itu. Nano semakin tak menentu sikapnya dan sangat terlihat ada rasa yang ingin meledak. " Pri, perempatan kedua belok kiri ya,"kata Nano bersemangat. Perlahan menyusuri jalan yang memang gelap sisi kanan dan kiri karena lampu belum merata menyinari jalan kampung. Tibalah di alamat yang diperkirakan rumah Nina.

Adul turun dan berjalan kerumah yang dituju sesuai alamat. Semuanya ikut turun ikuti adul dari belakang. Nampak rumah tersebut dengan sinar lampu yang sangat teran di bagian depan dengan terpal biru menghampar ditunjang dengan bambu menghiasi halaman muka depan rumah seperti pelindung panas atau air hujan . Tok...tok tok...pintu rumah diketuk Adul sementara Nano menempel dari belakang dengan cemas campur penasaran. "Assalamualaikum ..."Sapa adul ke pemilik rumah. 

Selang beberapa saat ada sambutan dari dalam ."Waalaikum salam,..." suara seorang lelaki dengan suara berat dan membuka pintu. Adul bersalaman dan lainnya juga ikut bersalaman. Sang lelaki tua tersebut mempersilahkan Nano dan lainnya untuk duduk di bangku teras depan rumah. Sang Lelaki tua tersebut meminta izin untuk untuk kedalam rumah untuk bangunkan istrinya. " Bu, ada tamu ...dari Jakarta...yuk temui," kata lelaki tua tersebut yang terdengar oleh Nano. Tak lama duduklah lelaki tua dan istrinya tersebut bersama Nano dan kawan-kawannya. Percakapan belum dimulai datang seorang gadis menghantarkan minuman kopi panas ke meja tamu. " Nin, .....," Sontak Nano kaget dan berucap reflek karena dia tahu dari foto profil BB-nya. " Dia bukan Nina mas Nano," Kata lelaki tua tersebut. 

Nano lebih kaget lagi lelaki tua tersebut memanggil Namanya karena dia juga belum pernah bertemu dengan Nina dan siapapun keluarganya. Lelaki tua itupun melanjutkan perbicangan." Saya adalah bapak dari Nina dan disebelah saya adalah ibu dari Nina, yang tadi itu adalah adik Nina dan memang sangat mirip. Kalau saya memang tahu Mas Nano karena Nina pernah bercerita dan ada foto mas Nano di kamarnya,"Kata lelaki tua tersebut yang ternyata adalah bapak dari Nina. 

Semua masih penasaran dan menunggu lanjutan kata-kata bapak Nina terutama Nano. Sang bapak lanjutkan cerita bahwa ada banyak cerita disampaikan Nina meskipun cuma dalam waktu sepuluh hari  sebelum Nina pergi. " Dia sangat menyayangi mas Nano dan ingin segera bersama dalam satu ikatan," kata bapak Nina bercerita agak tersendat. " Monggo diminum dulu kopinya mas,..bu bebek goreng dan bakarnya bisa disiapkan sama nasinya untuk para tamu kita ," kata bapak nina meminta ke istrinya. 

Nano dan kawan-kawan menikmati kopi malam yang panas menghangati tubuh. Nano menghitung dekat dengan Nina belum sampai dua bulan dan dia sangat tahu hingga jumlah hari mereka memadu kasih " Saya dekat dengan Nina pak...walaupun ingatan saya dekat dengan nina baru 50 hari," kata Nano. "Sekarang Nina ada dimana pak, pergi kemana? Lanjut Nano tanpa bisa sembunyikan rasa ingin tahu. "Penyakit yang didera oleh Nina tak terobati dan masuk stadium empat... Nina telah pergi selama-lamanya... sebenarnya kemarin adalah acara empat puluh harian (selamatan) meninggalnya Nina," Kata bapak Nina sambil mengusap Pundak Nano yang duduk di sebelahnya yang sedang menitikkan air mata. "Terpal Biru ini bagian acara tahlilan yang telah berlangsung "kata bapak Nina.   Innalillahi wainnailahi roji'un

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun