Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Renggut Jiwaku, Tuhan Lebih Sayang Nina . Innalillahi wainnailaihi rojiun (Part II-Habis)

7 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 7 Desember 2019   23:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bubarlah harapan Nano untuk bisa mampir ke tempat Nina  dengan tawaran niat baik makan bebek bakar atau goreng. Sungguh jengkel batin Nano dan ini sudah beberapa kali perjalanan tugas terjadi dan selalu tertutup rapat keinginan mampir. " nin, maaf..tadi aku sudah sampaikan tawaran mampir ke temen-temen...tapi...," .... Belum selesai ketikan BBM Nano disambar oleh Nina ,"Aku tahu koq jawaban kamu dan tanggapan teman-teman kamu mas,"tegas Nina jelas marahnya. " Ngga papa mas, toh aku juga memangnya siapa. Hanya wanita dusun yang tak layak ditemani orang-orang kota seperti teman-teman kamu mas," lanjut marah Nina tanpa peduli balasan Nino.

Malam itu seperti mencekam bagi Nano karena tak mampu meredam amarah Nina yang kecewa dan selalu kecewa dalam setiap perjalanan tugas Nano. Dalam beberapa kali perjalanan tugas Nano selalu tak berhasil singgah dan meyakinkan teman-temannya untuk mampir ke rumah Nina. Chatnya Panjang dan berbaris namun tak berbalas. Malam terasa Panjang sekali tak seperti malam-malam sebelumnya bagi Nino.

Tok..tok tok....suara ketukan pintu terdengar dan sambil mengucap salam. Rupanya penghubung kegiatan di desa sudah datang dan berencana untuk segera memandu ke lokasi. Adul bangun lebih dahulu daripada teman-teman lainnya. Mata masih memicing berjalan kearah pintu dan membukanya. " owhh pak Kardi sudah sampai ya...mari masuk pak,"kata Adul mempersilahkan Pak Kardi untuk masuk dan duduk. Adul bergegas bangunkan teman-temannya. " Cuy, pak Kardi sudah datang nih...yukk jangan sampe kesiangan ..bisa runyam kita kalo kesiangan. Kan besok masih ada satu lagi ke Probolinggo," Kata Adul penuh usaha bangunkan timnya yang masih tertidur.

Tidak ada yang sulit dalam proses pengerjaan karena tim ini sudah beberapa kali selesaikan tugas yang sama dan sorepun kembali datang dengan beriring hasil yang memuaskan. Seluruh tiang lampu terpasang seluruhnya di titik lokasi yang sudah ditentukan. Kembali sukses tanpa tersisa semua titik desa target terpenuhi tim bersiap kembali bergerak menuju Probolinggo Jawa Timur sore ini. Diatara kegembiraan yang ada tampak Nano masih gamang dan selalu memikirkan Nina. Karena rute tugas kali ini melewati daerah Nina dan dia tak bisa mampir walau hanya sebentar. "Kawan-kawan...kita segera bergerak ke Probolinggo ya, jangan lupa semua semua barang-barang masuk ke mobil ..jangan ada yang tertinggal,"Adul mencoba ingatkan rekan kerjanya agar tak telat mengejar waktu.

Mobil bergerak meninggalkan Puworejo dan ada perasaan yang terus bergejolak. Ada rasa yang semakin dekat karena mobil pasti akan melalui Karanganyar Solo dimana ada Nina disana. " Nin, kamu koq diam aja ...mas sudah bergerak ke arah Probolinggo...koq aku deg degan ya walau nanti Cuma lewat tempat kamu....seakan kamu melambai sambut aku," Nano mencoba chat Nina yang dari semalam belum berbalas karena masih marah karena Nino tak bisa mampir ke rumahnya. 

Terlihat pesan Nano sudah terbaca namun belum juga ada balasan. Perlahan namun pasti akhirnya dalam beberapa jam melintaslah mobil di Karanganyar Solo. Diantara kawan-kawan juga ada yang empati atas rasa yang dirasakan Nano. " Kesempatan lain aja No ya mampirnya...kan kita mepet sekali skedulnya," kata Bira mencoba tenangkan rasa Nano yang sedang memandangi pinggiran jalan Karanganyar dengan pandangan yang dalam. 

"Ya ngga papa Bir, kesempatan lain aja yang lebih longgar," kata Nano sambil menurunkan kaca mobil tanpa memberitahukan teman-teman lainnya karena masih terpasang AC. Ada pandangan mendalam dari Nino seperti ingin segera turun dan mencari Nina. Angin yang sayup - sayup menerpa wajah Nano membuat rasa kantuk yang berat dan tak lama tertidur. Supri pun segera naikkan jendela mobil dari central windownya.

" Loh mas kamu jadi toh mampir ke rumah aku ...koq ngga bilang-bilang sih," Nina sumringah terkaget-kaget lihat Nano sudah didepan pintu rumahnya. " Iya Nin..aku senang bisa juga akhirnya mampir ke kamu walaupun dadakan tanpa beitahu sebelumnya....makasih ya Pri dah belokin mobilnya ke arah rumah Nina," kata Nano sambil menoleh ke Supri dan teman-teman lainnya. " Hayooo hayoo, silahkan masuk ...maaf inilah apa adanya ...rumah di dusun dan masih berantakan belum selesai dibangun," kata Nina dan segera berjalan ke arah dapur mengambil air panas untuk menyiapkan kopi dan teh. 

Sementara Nina sedang siapkan kopi dan teh orang tua Nina menemani Nano dan teman-temannya bercengkerama. Nano tak konsen mulut berbicara tapi mata ke arah dapur. Dan bahkan jadi tidak teratur apa yang dibicarakan Nano. " Kalo mas Nano Jakarta nya dimana ya ," tanya bapak Nina ke Nano. " Owh sudah pak...sudah... saya dan temen-temen sudah makan pak," Nano ngawur menjawab dan mata masih menatap arah dapur. Sontak semua kawan-kawan Nano tertawa terbahak-bahak dan orangtua Nina juga senyum-senyum kecil. " No, ini sudah malam kapan kita sudah makannya,...hehehehehe lagian bapaknya nanya lo dimana Jakartanya," kata Adul yang masih tertawa lepas. " Ehh ..ehh , maaf bapak maaf..saya di Cempaka Putih Jakarta Pusat pak bu, tapi saya juga tinggal di Kantor," kata Nano mencoba fokuskan pandangan ke orangtua Nina. Tak lama Nina datang bawa nampan kayu berisi lima gelas kopi hitam yang masih terlihat panas mengebul. 

" Monggo mas silahkan dinikmati ...," kata Nina sambil memindahkan gelas satu persatu ke meja dan duduk bergabung di bangku samping bapaknya dengan nampan (media pengantar kopi) diletakkan diatas kedua pahanya.Pandangan Nano tak bergeser terus ke Nina dari proses menghidangkan kopi hingga Nina duduk di bangku. Rupanya Nano lebih berani dan seru melalui chat BBM dibandingkan dengan bertemu Nina langsung. Mulut Nano terasa ada gembok besar dan kuncinya hilang entah kemana. ," Ehmmm Nin....ehh Ninn....," coba Nano berkata ke Nina. ," Apa mas...,"nina menjawab dengan mata memandang wajah Nano yang ternyata menunduk. " Ini Nin, anu lohh...kan itu ya..apa..yang itu loh...," Kata-kata Nano tak jelas dan buat bingung Nina dan lainnya. 

Tiba-tiba " Hayookkk kita turun semuanya, jangan lupa turunkan semua tas dan peralatan ...kita sudah sampai di rumah warga, "Kata Adul mengumumkan kepada teman-teman sudah sampai di satu desa Kabupaten Probolinggo. " No,...No...bangun..bangun..kita sudah sampai nih..hayook terusin tidurnya di kamar ya," Adul coba bangunkan Nano yang sendirian tertidur di dalam mobil." Ah, perasaan aku bukannya tadi lagi pada kumpul ya di rumah Nina ...,"Kesal Nano dan baru tahu dia bermimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun