Mohon tunggu...
A. W. Priatmojo
A. W. Priatmojo Mohon Tunggu... Penulis-Socialpreneur -

Membaca / Menulis / Socialpreneur https://nyalaruangbaca.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melawan Radikalisme dan Terorisme dengan Literasi

17 Mei 2018   23:21 Diperbarui: 18 Mei 2018   01:22 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan Radikalisme dan Terorisme dengan Literasi

Film Zodiac (2007) garapan David Fincher, bercerita tentang teror pembunuhan berantai yang menyelimuti San Fransisco pada akhir 60-an dan awal tahun 70-an. Seorang pembunuh itu, yang menjuluki dirinya dengan nama "Zodiac", mengirimkan surat-surat ke tiga kantor berita di San Fransisco.

Surat-surat tersebut berisi tentang klaim pembunuhan, rencana pembunuhan, dan permintaan untuk mempublikasikan surat-suratnya itu. Bahkan dalam salah satu suratnya, "Zodiac" mengancam untuk melakukan pembunuhan kembali jika surat itu tidak dipublikasikan. Dari sini jelas, si pembunuh ingin agar teror ini dapat diketahui lebih banyak orang.

Pada suatu adegan ketika "Zodiac" mengirim surat yang berisi tentang rencana pembunuhan terhadap anak-anak sekolah, ada satu hal yang dapat kita jadikan pelajaran dari film ini dalam menghadapi teror. Pimpinan San Fransisco Chronicle, salah satu kantor berita, ketika itu memutuskan untuk mempublikasikan surat tersebut namun menghilangkan bagian yang berisi tentang ancaman pembunuhan anak-anak sekolah.

"Kita tidak ingin membuat seluruh kota panik, jadi saya meminta kalian semua untuk menjaga rahasia." Begitu yang dikatakannya kepada seluruh karyawan kantor berita itu. Ia sadar jika rencana pembunuhan itu dipublikasikan, seluruh orang tua di kota tersebut akan panik karena khawatir terhadap anak-anaknya. Maka ia memutuskan untuk merahasiakannya dari warga kota, dan menyampaikannya ke pihak kepolisian. Pada akhirnya, syukurlah ancaman itu tidak terbukti.

Menimbulkan kepanikan dan ketakutan massal adalah salah satu alasan penting aksi teror digencarkan. Maka, cara untuk melawan terorisme, adalah tidak ikut menyebar foto-foto korban teror atau kabar-kabar hoax tentang ancaman teror, dan menjalani hidup dengan normal. Kita serahkan penanganan pada pemerintah dan aparat yang berwenang.

Literasi Adalah Senjata

Lantas, di tengah kegeraman kita pada pelaku teror seperti ini, apakah kita hanya akan berdiam diri? Apa yang bisa kita lakukan selain mengutuk pelaku teror dan mendukung kinerja aparat? Tentu banyak. Salah satunya, dalam berkegiatan di media sosial.

"Kaum Zelot pada abad pertama Masehi," tulis Aaron M. Hoffman dalam laporan penelitiannya, "Voice and silence: Why groups take credit" (2010), "melakukan serangan di keramaian siang hari guna menarik perhatian publik semaksimal mungkin. Pada abad 19, teroris anarkis memanfaatkan poster untuk tujuan yang sama, sebelum akhirnya hari ini media sosial digunakan untuk mempropagandakan pesan seluas-luasnya."

Cepat tersebarnya berita-berita hoax di media sosial saat ini, adalah karena budaya literasi yang rendah di masyarakat kita. Masyarakat dengan budaya literasi yang baik tentu tidak akan mudah percaya dengan berita bohong atau isu-isu yang dapat menyulut perpecahan, konflik, bahkan berpotensi melahirkan teror dan kekerasan. Masyarakat dengan literasi baik akan menganalisis setiap kabar atau berita, dan mencari dari sumber-sumber lain yang terpercaya.

Benedicta Dian Ariska Candra Sari dalam jurnalnya "Media Literasi dalam Kontra Propaganda Radikalisme dan Terorisme Melalui Media Internet" (2017) menyatakan bahwa "Internet adalah senjata terkuat untuk menyebarkan ideologi, yang menjadi alat bagi teroris."

Maka di sisi lain, saya rasa literasi dapat menjadi senjata yang penting untuk melawan balik tulisan-tulisan di media sosial yang mengandung radikalisme, berbau kekerasan, dan isu-isu yang berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan itu. Dengan budaya literasi yang baik akan muncul masyarakat yang menghasilkan tulisan-tulisan positif, sejuk, jauh dari hal-hal berbau kekerasan atau memecahbelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun