Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Really Sorry"

8 Juli 2020   14:44 Diperbarui: 8 Juli 2020   14:42 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Pixabay.com



Untuk saya, anda adalah pemandangan. Panorama keindahan yang cukup dipandang yang jauh dari pemukiman.

Bagi saya, anda adalah satu jalan persimpangan. Terlampir batasan yang akan berujung belok kanan yang lalu lurus ke depan.

Untuk kita, getar tak kuasa jadi getir. Biarkan saja getir menyingkir, lalu getar memudar jadi sadar yang terhampar.

Bagi kita, takdir yang terukir hanya sekadar mampir. Sejenak yang terhapus jejak jarak demi jarak mengungkap bijak.

Demi kita, hindari kelokan tajam yang seja akan menjadi satu langkah penempatan salah arah.

Andai rindu hadir... rindu cukup terjadi satu windu sekali. Itupun bila kalbu bersedia berbagi satu sisi ilusi yang tentu saja jauh dari pasti.

Andai rasa bicara, itu hanya katanya saja. Bukan untuk diijinkan apa maunya rasa. Sebab kita... bukan untuk berlangsung lama.


Ridwan Ali 08072020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun