Mohon tunggu...
aurellya eka pratiwi
aurellya eka pratiwi Mohon Tunggu... mahasiswa S1

"setiap kata yang kutulis adalah jejak perjalanan pikiranku"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metodologi untuk memahami kajian islam dengan baik dan benar

22 September 2025   06:45 Diperbarui: 22 September 2025   06:45 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Al-Qur'an Sumber: (Tanwir.ID)

Islam adalah agama yang memiliki banyak ajaran, nilai, dan tradisi keilmuan. Maka, untuk mempelajarinya secara lengkap, mendalam, dan tetap relevan dengan kehidupan sehari-hari, kita perlu metode atau cara yang tepat. Banyak orang merasa belajar Islam itu sulit, penuh istilah yang asing, dan terasa berat. Namun, jika kita tahu cara yang benar, mempelajari Islam bisa lebih mudah dan bahkan menyenangkan. Artikel ini akan membahas beberapa metode memahami studi Islam dengan bahasa yang sederhana, agar lebih mudah dipahami oleh semua orang.

1.
Belajar langsung dari sumber utama  
Islam memiliki dua sumber utama, yaitu Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

- Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi ajaran tentang iman, ibadah, akhlak, serta aturan sosial.

- Hadis adalah perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW yang jumlahnya banyak, dan menjelaskan, memperjelas, serta memberi contoh tentang ajaran Al-Qur'an.

Metode yang pertama adalah dengan membaca, memahami, dan mencoba mengkaji isi kedua sumber tersebut.
Namun, jangan salah paham bahwa memahami Al-Qur'an dan Hadis tidak cukup hanya dengan membaca terjemahan secara asal. Kita perlu memahami konteks, penjelasan dari ulama, dan tafsir yang relevan. Berikut tips sederhananya:  
- Mulailah dengan membaca terjemahan Al-Qur'an dan tafsir yang tidak terlalu rumit.

- Ikuti kajian atau kelas yang membahas Hadis dengan penjelasan yang mudah.

- Jangan sungkan bertanya bila ada ayat atau hadis yang belum dipahami.

2.
Menggunakan tafsir dan penjelasan dari ulama  
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab klasik.
Bagi orang yang bukan penutur asli bahasa Arab tentu membutuhkan bantuan tafsir. Tafsir adalah penjelasan secara detail mengenai makna ayat-ayat Al-Qur'an yang dibuat oleh para ulama. Tafsir bisa berupa penjelasan ilmiah, atau juga dalam bentuk sederhana yang cocok untuk masyarakat umum. Dengan bantuan tafsir, kita dapat memahami:  
- Arti dari sebuah ayat secara bahasa.

- Konteks ayat turun (asbabun nuzul).

- Bagaimana ayat tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Contohnya, ayat tentang shalat tidak menjelaskan secara detail tata cara shalat.
Namun, hadis Nabi dan tafsir dari ulama memberikan gambaran yang komplit. Dari sini jelas bahwa memahami Islam tidak hanya sekadar "baca ayat lalu ambil kesimpulan sendiri", melainkan memerlukan bimbingan dari tafsir.

3. Menggunakan Pendekatan Historis  
Islam tidak muncul di tempat yang kosong.
Ajaran Islam datang dari Jazirah Arab pada abad ke-7, di tengah masyarakat, budaya, dan tradisi tertentu. Jadi, agar memahami lebih baik, kita perlu mempelajari latar belakang sejarahnya. Pendekatan historis membantu kita:  
- Memahami mengapa suatu ayat Al-Qur'an diturunkan.

- Mengetahui situasi sosial di masa Nabi.

- Melihat bagaimana ajaran Islam berkembang seiring waktu.

Contohnya, ketika Islam melarang riba, hal itu karena masyarakat Arab dulu sering terjebak dalam praktik pinjam-memakai uang dengan bunga yang tinggi dan merugikan orang miskin.
Jadi, larangan riba bukan hanya aturan biasa, tapi punya alasan sosial yang kuat.

4.
Pendekatan Sosiologis  
Selain sejarah, Islam juga bisa dipahami melalui kacamata sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari masyarakat.
Islam bukan hanya agama pribadi, tetapi juga mengatur hubungan antarmanusia, seperti keluarga, perdagangan, keadilan, bahkan politik. Dengan pendekatan sosiologis, kita bisa melihat bagaimana ajaran Islam diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Contohnya:  
- Zakat bukan hanya bakti, tapi juga berbagi kekayaan untuk masyarakat.

- Larangan menipu dalam jual beli membantu menjaga keadilan di pasar.

- Perintah silaturahmi memperkuat hubungan sosial antar keluarga.

Dengan cara ini, kita melihat bahwa ajaran Islam punya dampak sosial yang nyata, bukan hanya ritual semata.

5.
Pendekatan Filosofis  
Bagi sebagian orang, pendekatan ini terdengar rumit.
Tapi sebenarnya cukup sederhana. Filsafat dalam mempelajari Islam membantu kita berpikir secara kritis dan mendalam. Contohnya:  
- Mengapa manusia harus beribadah kepada Allah?

- Apa tujuan kehidupan menurut pandangan Islam?

- Bagaimana konsep keadilan dalam Islam dibandingkan dengan pandangan filsafat lain?

Dengan pendekatan filosofis, kita tidak sekadar menerima ajaran Islam, tetapi juga merenungkannya sehingga maknanya terasa lebih dalam dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pendekatan Ilmiah dan Kontekstual  
Sekarang ini, banyak orang ingin tahu bagaimana Islam bisa sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Karena itu, ada cara-cara belajar yang ilmiah dan sesuai dengan kondisi zaman.
- Ilmiah: misalnya, melihat ayat-ayat tentang alam semesta lalu membandingkannya dengan penemuan ilmu pengetahuan.

- Kontekstual: menafsirkan ajaran Islam sesuai dengan situasi zaman sekarang, tetapi jangan sampai meninggalkan makna utamanya.
Contoh: dulu perjalanan haji harus dilakukan berbulan-bulan dengan naik unta. Tapi sekarang, kita bisa menggunakan pesawat. Esensinya tetap sama: pergi haji ke Baitullah, tapi cara melakukannya sudah disesuaikan dengan zaman.

7.
Belajar dari Ulama dan Guru yang Tepat  
Dalam Islam, ada istilah "sanad ilmu" yang artinya adalah rantai antara guru dan murid dalam menyampaikan ilmu.
Jadi, ilmu agama sebaiknya diajarkan oleh guru yang jelas, bukan hanya baca sendiri dari internet. Mengapa penting?
- Supaya kita tidak salah memahami arti ayat atau hadis.

- Supaya ada bimbingan saat menemui hal-hal yang rumit.

- Supaya pemahaman kita tetap sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Tips: pilih guru atau ustadz yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang jelas, terbuka, dan tidak mengajarkan kebencian.

8.
Diskusi dan Refleksi  
Belajar Islam tidak cukup hanya mendengar atau membaca.
Kita juga harus berdiskusi, bertanya, bahkan berbeda pendapat secara sehat. Contoh sederhana: ikut pengajian, kelompok belajar, atau forum diskusi. Dari situ, kita bisa saling menyempurnakan pemahaman. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan refleksi pribadi. Setelah belajar ayat atau hadis, tanyakan pada diri sendiri:  
- Apa makna ayat ini dalam hidupku?

- Bagaimana cara aku menerapkannya?

9.
Menghubungkan dengan Kehidupan Sehari-hari  
Ajaran Islam bukan hanya untuk dipelajari, tetapi untuk dijalani.
Jadi, cara terbaik adalah menghubungkan pelajaran Islam dengan kehidupan nyata. Contoh:  
- Setelah belajar tentang sabar, cobalah menerapkannya ketika menghadapi masalah.

- Setelah belajar tentang sedekah, sisihkan sedikit uang dari rejeki.

- Setelah belajar tentang menjaga lisan, coba kurangi berkata kasar.

Dengan begitu, belajar Islam tidak terasa membosankan, tapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang juga menjadikan kita terbiasa akan hal" yang sudah kita pelajari.

Kesimpulan  
Memahami studi Islam seperti menjalani perjalanan panjang.
Tidak ada cara instan, tapi jika kita tahu metodenya, perjalanan ini akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Kita bisa memulai dari sumber utama (Al-Qur'an dan Hadis), lalu lengkapi dengan tafsir, sejarah, sosiologi, sampai pendekatan filosofis dan ilmiah. Jangan lupa pentingnya belajar dari guru yang tepat, berdiskusi, serta mengaitkan ilmu dengan kehidupan sehari-hari. Islam itu indah, luas, dan tetap relevan di setiap zaman. Dengan metode yang tepat, kita tidak hanya bisa memahami Islam secara teori, tetapi juga menjadikannya panduan hidup yang membawa kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun