Contohnya, ayat tentang shalat tidak menjelaskan secara detail tata cara shalat.
Namun, hadis Nabi dan tafsir dari ulama memberikan gambaran yang komplit. Dari sini jelas bahwa memahami Islam tidak hanya sekadar "baca ayat lalu ambil kesimpulan sendiri", melainkan memerlukan bimbingan dari tafsir.
3. Menggunakan Pendekatan Historis Â
Islam tidak muncul di tempat yang kosong.
Ajaran Islam datang dari Jazirah Arab pada abad ke-7, di tengah masyarakat, budaya, dan tradisi tertentu. Jadi, agar memahami lebih baik, kita perlu mempelajari latar belakang sejarahnya. Pendekatan historis membantu kita: Â
- Memahami mengapa suatu ayat Al-Qur'an diturunkan.
- Mengetahui situasi sosial di masa Nabi.
- Melihat bagaimana ajaran Islam berkembang seiring waktu.
Contohnya, ketika Islam melarang riba, hal itu karena masyarakat Arab dulu sering terjebak dalam praktik pinjam-memakai uang dengan bunga yang tinggi dan merugikan orang miskin.
Jadi, larangan riba bukan hanya aturan biasa, tapi punya alasan sosial yang kuat.
4.
Pendekatan Sosiologis Â
Selain sejarah, Islam juga bisa dipahami melalui kacamata sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari masyarakat.
Islam bukan hanya agama pribadi, tetapi juga mengatur hubungan antarmanusia, seperti keluarga, perdagangan, keadilan, bahkan politik. Dengan pendekatan sosiologis, kita bisa melihat bagaimana ajaran Islam diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Contohnya: Â
- Zakat bukan hanya bakti, tapi juga berbagi kekayaan untuk masyarakat.
- Larangan menipu dalam jual beli membantu menjaga keadilan di pasar.
- Perintah silaturahmi memperkuat hubungan sosial antar keluarga.
Dengan cara ini, kita melihat bahwa ajaran Islam punya dampak sosial yang nyata, bukan hanya ritual semata.
5.
Pendekatan Filosofis Â
Bagi sebagian orang, pendekatan ini terdengar rumit.
Tapi sebenarnya cukup sederhana. Filsafat dalam mempelajari Islam membantu kita berpikir secara kritis dan mendalam. Contohnya: Â
- Mengapa manusia harus beribadah kepada Allah?
- Apa tujuan kehidupan menurut pandangan Islam?