Tokoh cerita menjadi salah satu elemen fakta cerita yang sangat penting dalam membangun alur. Tidak ada cerita yang berjalan tanpa hadirnya individu tersebut.
Kita pun sudah mengenal tokoh dan jenisnya sejak pembelajaran di bangku sekolah dasar (SD). Kalau anak SD ditanya, apa itu protagonis dan antagonis? Jawaban akan selalu sama antara baik dan buruk.
Kesalahan arti yang terlalu lama dibiarkan membuat fase berulang. Generasi sebelum kita melakukan kesalahan dan dibiarkan, generasi berikutnya pun akan begitu.
"Sudahlah, ada waktunya mereka nanti akan mengerti."
Saya balik tanya, mengapa anak kecil cenderung diremehkan atas sebuah pengetahuan? Jika mereka bisa diberi tahu dari awal pasal kebenarannya, mengapa harus nanti?
Toh, anak-anak memiliki kecerdasan dan daya ingat yang lebih kuat daripada orang dewasa. Ini bukan soal peceraian dan perselingkungan yang seorang anak diberi pengertian secara perlahan.
Sepele, hanya tentang pengertian protagonis dan antagonis. Namun, apa salahnya untuk diluruskan?
Jenis ini diartikan sebagai karakter yang mendominasi cerita, pusat, dan utama. Sifatnya tidak selalu positif, tetapi juga bisa negatif, bahkan kompleks.
Jika berdasarkan kepentingannya, klasifikasi tersebut berada di tokoh utama. Jadi, tokoh tambahan yang bersikap positif bukanlah protagonis.