Di antara bising dunia yang tak selalu ramah,
Ku dengar harmoni, lembut menyapa.
Nada dan lirik mengalir seperti sungai cahaya,
Membakar semangatku, menghidupkan asa.
Orang-orang berkata, aku hanya bermimpi,
Menghabiskan waktu dalam fatamorgana ilusi.
Tapi biarkan saja,
Karena disini, hatiku bersenandung bahagia.
Kertas-kertas berhamburan diam,
Menyaksikan tanganku yang tak henti menulis nama.
Mereka berkata "mereka tak mengenalmu",
Tapi mengapa suaranya terasa begitu dekat di dada?
Cermin menatapku sendu,
Seakan bertanya "apa yang kau kejar?".
Namun bayangku tersenyum malu,
Karena nyanyian itu membuatku tak lagi gentar.
Potret yang kusimpan rapi di genggaman,
Mereka bilang hanya bayangan tak berbalas.
Namun dalam senyum yang tak mengenalku,
Ada nyala yang menjagaku tetap bernafas.
Namun, bukankah bahagia tak butuh restu?,
Asalkan hatiku tetap utuh.
Karena kebahagiaanku tak tergantung pandangan,
Hanya semangat yang mereka beri, yang aku pegang erat di tangan.
Jadi biarlah dunia menghakimi,
Menyebutku fana, menyebutku mati rasa.
Aku tak butuh mereka mengerti,
Cukup lagu ini-dan bahagia yang abadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI