Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Persimpangan Geopolitik: Analisis Krisis Selat Hormuz di Tengah Eskalasi Ketegangan Timur Tengah

24 Juni 2025   18:17 Diperbarui: 24 Juni 2025   18:17 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kabarbursa.com/uploads/covers/1750746981-685a4765ca569.webp

Pengantar

Timur Tengah saat ini menghadapi eskalasi ketegangan yang signifikan menyusul serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran dan serangan rudal balasan Iran terhadap pangkalan militer AS di Qatar. Peristiwa-peristiwa ini telah menghidupkan kembali kekhawatiran global, terutama terkait dengan status dan keamanan Selat Hormuz, jalur pelayaran vital dunia. 

Meskipun parlemen Iran telah menyetujui langkah untuk menutup Selat tersebut, analisis mendalam menunjukkan bahwa penutupan penuh dan berkelanjutan sangat tidak mungkin terjadi. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi ekonomi yang parah bagi Iran sendiri dan kepastian intervensi militer internasional. Namun, ancaman penutupan itu sendiri telah memicu volatilitas harga minyak, biaya pengiriman dan asuransi yang lebih tinggi, serta kehati-hatian yang nyata dalam lalu lintas maritim. 

Krisis ini menggarisbawahi kerapuhan rantai pasokan energi global. Meskipun blokade penuh tidak mungkin terjadi, ketegangan yang berkelanjutan mempertahankan "premi geopolitik" yang signifikan di pasar energi. Untuk itu, pelaku bisnis dan pembuat kebijakan harus memprioritaskan ketahanan rantai pasokan, memantau perkembangan geopolitik secara cermat, dan secara aktif mengeksplorasi strategi diversifikasi untuk mengurangi kerentanan. 

Timur Tengah di Ujung Tanduk Ketegangan di Timur Tengah telah mencapai titik didih, ditandai dengan serangkaian tindakan militer langsung yang melibatkan Iran, Israel, dan Amerika Serikat. Eskalasi ini bermula dari serangan awal Israel terhadap sasaran militer dan nuklir Iran, yang dimulai sekitar 13 Juni 2025. Sebagai respons, Amerika Serikat secara langsung terlibat pada 21 Juni 2025, melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. 

Iran membalas pada 23 Juni 2025, dengan menembakkan rudal balistik ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, sebuah pusat militer utama AS di kawasan itu. Meskipun satu rudal dilaporkan menghantam pangkalan tersebut, tidak ada personel Amerika atau Qatar yang terluka, dan kerusakan yang terjadi sangat minim. 

Perkembangan ini menandai pergeseran cepat dalam dinamika konflik di Timur Tengah. Konflik bergerak melampaui perang proksi tradisional menuju keterlibatan militer langsung antar-negara. Pergeseran ini secara fundamental mengubah profil risiko global untuk energi dan keamanan. 

Keterlibatan langsung Amerika Serikat, sebagai kekuatan global utama, secara signifikan meningkatkan taruhan dari konflik regional menjadi konflik dengan implikasi internasional segera, yang berdampak tidak hanya pada pihak-pihak yang bertikai tetapi juga pada pasar global dan upaya diplomatik. Di tengah gejolak ini, perhatian global tertuju pada Selat Hormuz. Selat ini adalah jalur air sempit selebar 21 mil (33 km) antara Iran dan Oman, yang berfungsi sebagai satu-satunya jalur maritim dari Teluk Persia ke samudra lepas. 

Peran Penting Selat Hormuz

Pentingnya Selat ini bagi keamanan energi global tidak tertandingi, karena menangani sekitar 20% konsumsi minyak bumi global dan sebagian besar perdagangan LNG. 

Pentingnya Strategis dan Kerentanan Selat Hormuz adalah jalur air sempit yang memiliki peran krusial dalam perdagangan energi global. Secara geografis, Selat ini memiliki lebar 21 mil (33 km) pada titik tersempitnya, dengan jalur pelayaran yang hanya selebar 2-3 mil di setiap arah, menjadikannya sangat rentan terhadap gangguan. 

Selat ini menghubungkan Teluk Persia (yang merupakan rumah bagi produsen minyak utama seperti Arab Saudi, UEA, Irak, Kuwait, Qatar, dan Iran) ke Teluk Oman dan selanjutnya ke Laut Arab/Samudra Hindia yang lebih luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun