Mohon tunggu...
Atin Mulangga
Atin Mulangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret

Saya memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Hari Itu

7 Desember 2022   08:20 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:51 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok gadis kecil berambut hitam yang panjang, memiliki mata sipit dan berkulit sawo matang. Gadis kecil yang selalu ceria dalam hari-harinya (Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay)

Dia merenenung dengan suatu hal yang berenang-renang di kepalanya. Benar saja, dia hanya memikirkan acara ulang tahunnya dua bulan yang akan datang. Masalah itulah yang berenang di kepalanya, ia tak sabar menanti hari itu tiba. Memikirkan kue bentuk apa yang akan dia makan, memikirkan tema kartun apa yang akan dia gunakan, serta memakai gaun warna apa yang akan ia pakai. Sampai-sampai hal itu membuatnya tak bisa tertidur nyenyak, perasaan terlalu senang tuk menanti hari esok tiba dan berharap hari-hari cepat berlalu.

Gemuruh suara kokoan ayam terdengar jelas. silau sinar matahari yang menampakkan cahanyanya menembus sudut jendela kamar. Membangunkan Lalitha dari dunia mimpinya. Ia pun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ibunya yang dari pagi tadi sudah sibuk di dapur memasak nasi goreng udang kesukaan keluarga kecilnya itu, lalu memanggil Lalitha untuk segera berbegas ke ruang makan untuk makan bersama.

Karena ia terlalu bersemangat menjalani hari-harinya, ia memakan dengan lahap, berpamitan dengan ayah dan ibunya dan segera bergegas berangkat ke sekolah. Karena jarak sekolah dan rumahnya cukup dekat ia berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepeda mini warna pink pemberian ayahnya 2 tahun yang lalu.

Baru saja mengeluarkan sepedannya dari garasi, belum sempat ia mengayuhkan sepedanya menuju ke halaman, tiba-tiba rantai sepedanya pun terputus dan tak bisa di pakai. Untung saja sang ayah belum berangkat kerja, jadi Lalitha berangkat sekolah diantar oleh sang ayah yang juga akan berangkat bekerja.

Memang sudah lama Lalitha juga mengidamkan sepeda lipat impiannya, namun ia tak pernah cerita ke ayah ataupun ibunya tentang hal ini. Ia hanya menuliskan keinginannya itu di sebuah buku harian. Mengingat dia sudah meminta kepada ayahnya untuk mengadakan sebuah pesta ulang tahun yang meriah untuk memperingati pertambahan umurnya dua bulan yang akan datang, ia tak mau meminta lagi kepada ayahnya untuk membelikan ia sepeda baru. Iya, walaupun usianya yang masih belia Lalitha sudah gemar menulis di buku harian untuk menceritakan hal-hal atau peristiwa yang terjadi di hari yang ia lewati.

Walaupun terlahir sebagai anak tunggal, Lalitha bukanlah sosok anak yang manja. Ia gemar menabung untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Meskipun orang tuanya sanggup membelikan dan sering memanjakan anak semata wayangnya itu, Lalitha tetap mempunyai sikap hemat seperti orang yang telah dewasa, ya memang terkadang sesekali ia juga sering manja dan merengek minta dibelikan sesuatu pada orang tuanya.

Ibunya yang seorang ibu rumah tangga, gemar sekali beres-beres rumah. Suatu ketika ibunya merapikan kamar Lalitha dan tak sengaja menemukan dan membaca isi dari buku harian yang ditulis oleh anaknya itu. Ia mengetahui keinginan anaknya bahwa Lalitha menginginkan sebuah sepeda lipat. Ibunya yang sangat menyayangi anak semata wayangnya itu sontak bercerita pada suaminya tentang keinginan putrinya, lalu orang tua Lalitha sepakat untuk membelikan sepeda lipat impiannya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke Sembilan tahun nanti. Maklum lah Lalitha adalah anak tunggal, jadi orang tuanya pasti akan menuruti apa yang diinginkan oleh anaknya sesui dengan kesanggupan orang tuanya. Namun, ibu dan ayah Lalitha berpura-pura tidak mengetahui akan sepeda yang diimpikan oleh Lalitha.

Hari-hari berjalan seperti biasanya dengan rutinitas dan aktivitas yang sama. Lalitha selalu mencoret tanggal yang ada di kalender setiap hari berganti dengan tinta warna merah, tak lupa ia juga melingkari tanggal bahagianya yang masih ia nanti-nantikan hari itu yang tak kunjung tiba.

Tepat pada hari ini hari minggu, Lalitha yang libur sekolah tiba-tiba bangun pagi lalu menghampiri ibunya ke dapur dan melihat ibunya yang sedang membuat pudding untuk cemilan santai di hari ini. ibunya yang merasa heran kenapa hari minggu ia bangun pagi seperti hari dimana ia masuk sekolah, padahal minggu ini ia tak mempunyai acara keluarga di luar. Sontak ibunya menanyakan hal itu pada Lalitha.

"Wah anak ibu tumben hari minggu kenapa bangun bagi sekali, padahal kita kan tak mempunyai acara di luar nak, hahaha." ucap ibunya sambil tertawa.

"Ah ibu, bisa saja. Ibu sedang membuat apa? wah ibu membuat pudding strawberry ya?" jawab Lalitha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun