Mohon tunggu...
Atin Mulangga
Atin Mulangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret

Saya memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Hari Itu

7 Desember 2022   08:20 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:51 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok gadis kecil berambut hitam yang panjang, memiliki mata sipit dan berkulit sawo matang. Gadis kecil yang selalu ceria dalam hari-harinya (Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay)

Setelah ayahnya selesai mandi dan makan, lalu ayah menuju ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk beristirahat sejenak sambil menonton acara televisi. Lalitha yang sudah tidak sabar ingin menceritakan keinginannya itu langsung menghampiri ayahnya dan duduk di sofa sampingnya.

Pertama-tama Lalitha meceritakan keseruan yang terjadi saat ia menghadiri pesta ulang tahun temannya itu, ia menceritakan kepada ayahnya betapa serunya suasana pesta itu yang didatangi oleh banyak teman-teman, lalu diadakan juga sebuah game untuk menambah keseruan acara. Setelah berbasa-basi cukup lama, Lalitha kemudian menyampaikan maksud terselubungnya pada sang ayah.

"Emm...Ayah, Lalitha juga menginginkan pesta ulang tahun seperti itu. Pestanya sangat seru dan menyenangkan, boleh ya Yah aku di buatkan acara seperti itu." bujuk Lalitha pada ayahnya dengan memasang muka sedih agar permintaannya dituruti sang ayah.

"Bagaimana ya..dibuatkan acara pesta ulang tahun seperti itu apa tidak yaaa...emmm." jawab sang ayah menggunakan nada yang meledek Lalitha.

"Ouh jadi ini, hal yang membuatmu tak sabar menanti kedatangan ayah pulang dari kerja. Lagi pula ulang tahun mu kan masih lama sayang, masih dua bulan lagi. Mengapa kau tak sabar mengatakan hal ini kepada ayahmu?" saut ibu dengan senyuman yang meledek sambil membawakan pisang goreng hangat dan teh manis hangat untuk dinikmati bersama di ruang tengah sembari bercerita ria dan menonton acara televisi.

"Aaarghh Ibu, apa salahnya aku mengatakannya sekarang. Lagi pula dua bulan itu akan cepat datang kok." Jawab Lalitha dengan senyuman kecil dan memasang raut muka cemberut manja.

Ayah dan Ibu pun lalu tertawa mendengar jawaban dari Lalitha. Kemudian sang ayah menjawab ucapan Lalitha tersebut.

"Oke oke, ayah akan mengadakan pesta ulang tahun untukmu kelak. Tapi sudahlah mari kita nikmati dulu pisang goreng buatan ibumu selagi hangat ini." ucap sang ayah.

Lalitha lalu kegirangan dan sontak berteriak "Yey! aku mau di acara pesta ulang tahunku kelak ada badutnya ya Yah, biar kita semua tertawa melihat pertunjukan-pertunjukan lucu yang dibawkan oleh badut."

Lalu mereka bertiga menikmati pisang goreng yang masih hangat dan meminum teh manis buatan ibunya sambil diselingi candaan ringan dan obrolan-obrolan seru.

Dinginnya angin sepoi mencekik suasana tubuh, keheningan malam tak pernah gagal menghadirkan jiwa yang sunyi. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Lalitha belum bisa memejamkan matanya untuk menuju ke dunia mimpi. Ia berbaring di tempat tidur ternyamannya, terlentang menatap langit-langit kamar yang dipenuhi dengan lampu tidur yang gemerlap remang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun