Mohon tunggu...
Han
Han Mohon Tunggu... Penulis

Coffee addict.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

7 Cara Membebaskan Otak Dari Kekacauan Informasi (Langsung Fokus dan Tenang)

8 Mei 2025   14:55 Diperbarui: 8 Mei 2025   14:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya otakmu penuh. Bahkan saat duduk tenang, pikiran tetap berisik. Ada terlalu banyak hal yang harus diingat, tapi semuanya terasa kabur. Fokus kerja pun buyar. Kamu mulai satu tugas, tapi tiba-tiba udah scroll medsos, lalu pindah ke tugas lain, lalu ngelamun. Ujung-ujungnya, nggak ada yang selesai.

Kalau kamu merasa begitu hampir setiap hari, berarti kamu nggak sendirian---dan ada cara untuk keluar dari kekacauan ini.

Buku The Organized Mind karya ahli saraf Daniel J. Levitin membongkar bagaimana otak bekerja saat menerima banjir informasi, dan bagaimana kamu bisa mengorganisir pikiran supaya lebih jernih, fokus, dan produktif.

Ini 7 kebiasaan sederhana dari buku tersebut yang bisa kamu praktikkan mulai hari ini juga.

1. Perhatian Adalah Sumber Daya Terbatas

Levitin menekankan bahwa perhatian adalah "mata uang" utama di abad informasi. Sayangnya, banyak dari kita membuang-buangnya dengan multitasking. Studi demi studi menunjukkan bahwa mencoba menyelesaikan beberapa tugas sekaligus justru menurunkan performa kognitif dan memperlambat produktivitas.

Solusinya? Monotasking. Fokuslah pada satu hal dalam satu waktu. Teknik seperti Pomodoro (kerja 25 menit, istirahat 5 menit), mindfulness, dan mematikan notifikasi saat bekerja sangat membantu menjaga perhatian tetap utuh.

Saat kamu mulai memelihara perhatian seperti harta berharga, kamu akan menyadari betapa tajamnya pikiran kamu sebenarnya.

2. Chunking: Potong Informasi Menjadi Bagian Kecil

Otak kita memiliki kapasitas terbatas untuk menyimpan informasi jangka pendek. Maka, salah satu cara paling efektif untuk memperkuat ingatan dan mempercepat pemahaman adalah dengan "chunking", yaitu membagi informasi besar menjadi potongan-potongan kecil yang bermakna.

Ingat bagaimana kita menghafal nomor HP? Bukan satuan digit, melainkan kelompok: 0812 - 345 - 6789.

Dengan menggunakan prinsip ini dalam pekerjaan---seperti membuat kerangka sebelum menulis, atau membagi proyek besar ke dalam sub-tugas---kita membantu otak bekerja lebih efisien dan mengurangi risiko kewalahan.

3. Kategorisasi dan Prioritas: Jangan Letakkan Semua di Kepala

Bayangkan masuk ke ruangan yang penuh tumpukan dokumen tak berlabel. Itulah yang terjadi dalam pikiran kita saat kita tidak mengelompokkan dan memprioritaskan informasi.

Levitin menyarankan untuk mengembangkan sistem kategorisasi yang konsisten. Misalnya, klasifikasikan email berdasarkan topik atau gunakan label warna untuk agenda harian. Dengan begitu, otak tak perlu "mencari-cari" terlalu lama ketika membutuhkan sesuatu.

Lebih dari itu, tentukan prioritas. Tidak semua tugas penting harus dikerjakan hari ini. Dengan memilih 1--3 hal penting setiap hari, kita bisa bekerja lebih fokus dan tidak stres.

4. Gunakan Teknik Pomodoro untuk Mengelola Waktu

Meskipun sudah disebut sebelumnya, teknik Pomodoro pantas mendapat tempat tersendiri. Ini bukan sekadar alat manajemen waktu, melainkan pelindung fokus kita.

Bekerja dalam blok 25 menit lalu istirahat 5 menit menciptakan ritme alami yang membantu otak tetap segar. Setelah 4 siklus, kamu bisa istirahat lebih panjang (15--30 menit). Pola ini mencegah kejenuhan, memperpanjang durasi kerja produktif, dan meminimalkan gangguan.

Pomodoro juga membuat pekerjaan besar terasa lebih ringan, karena kamu hanya perlu "menyelesaikan satu blok waktu" pada satu saat.

5. Latih Perhatian seperti Otot

Konsentrasi bukan bakat, tapi keterampilan yang bisa dilatih---begitu pesan Levitin. Dan seperti otot, ia perlu dilatih secara rutin.

Latihan seperti meditasi, mindfulness, yoga, atau bahkan tai chi terbukti meningkatkan kemampuan otak untuk kembali fokus setelah terganggu. Kamu tidak harus menjadi biksu. Cukup 5--10 menit latihan per hari bisa menghasilkan dampak besar.

Latihan perhatian juga membantu kamu menyadari saat pikiran mulai melayang, sehingga kamu bisa dengan sadar menariknya kembali.

6. Gunakan Teknologi sebagai Alat, Bukan Pengganggu

Ironisnya, alat yang sering membuat kita terdistraksi---ponsel dan laptop---juga bisa menjadi sekutu terbaik dalam mengatur hidup.

Gunakan kalender digital, aplikasi pengingat, atau aplikasi catatan seperti Notion, Google Calendar, atau Todoist untuk mengelola tugas dan jadwal. Dengan menaruh hal-hal di luar kepala, kamu sedang membebaskan ruang mental untuk berpikir kreatif dan strategis.

Ingat, otak bukan tempat penyimpanan informasi, tapi alat untuk berpikir. Biarkan teknologi membantu kamu menyimpan hal-hal kecil, agar kamu bisa fokus pada hal-hal besar.

7. Beristirahat Bukan Kemalasan, Tapi Investasi Fokus

Sering kali kita merasa bersalah saat istirahat, seolah-olah produktif berarti selalu sibuk. Tapi Levitin menjelaskan bahwa otak butuh waktu jeda untuk memproses informasi dan memulihkan energi.

Tidur yang cukup, waktu hening tanpa gadget, dan aktivitas ringan seperti berjalan kaki di alam membantu otak menyegarkan diri. Bahkan, beberapa ide terbaik justru muncul saat kita tidak sedang berusaha keras berpikir.

Beristirahat bukan bentuk kemalasan---ia adalah bahan bakar bagi fokus jangka panjang.

Penutup

Mengorganisir pikiran bukan tentang menjadi robot superproduktif, melainkan tentang merancang sistem yang membuat hidup lebih ringan dan bermakna.

Kita tidak perlu hidup dalam kekacauan mental. Dengan menerapkan kebiasaan sederhana dari The Organized Mind, kita bisa menciptakan ruang untuk berpikir, merasa, dan menjadi versi terbaik dari diri kita---satu kebiasaan kecil dalam satu waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun