Konsentrasi bukan bakat, tapi keterampilan yang bisa dilatih---begitu pesan Levitin. Dan seperti otot, ia perlu dilatih secara rutin.
Latihan seperti meditasi, mindfulness, yoga, atau bahkan tai chi terbukti meningkatkan kemampuan otak untuk kembali fokus setelah terganggu. Kamu tidak harus menjadi biksu. Cukup 5--10 menit latihan per hari bisa menghasilkan dampak besar.
Latihan perhatian juga membantu kamu menyadari saat pikiran mulai melayang, sehingga kamu bisa dengan sadar menariknya kembali.
6. Gunakan Teknologi sebagai Alat, Bukan Pengganggu
Ironisnya, alat yang sering membuat kita terdistraksi---ponsel dan laptop---juga bisa menjadi sekutu terbaik dalam mengatur hidup.
Gunakan kalender digital, aplikasi pengingat, atau aplikasi catatan seperti Notion, Google Calendar, atau Todoist untuk mengelola tugas dan jadwal. Dengan menaruh hal-hal di luar kepala, kamu sedang membebaskan ruang mental untuk berpikir kreatif dan strategis.
Ingat, otak bukan tempat penyimpanan informasi, tapi alat untuk berpikir. Biarkan teknologi membantu kamu menyimpan hal-hal kecil, agar kamu bisa fokus pada hal-hal besar.
7. Beristirahat Bukan Kemalasan, Tapi Investasi Fokus
Sering kali kita merasa bersalah saat istirahat, seolah-olah produktif berarti selalu sibuk. Tapi Levitin menjelaskan bahwa otak butuh waktu jeda untuk memproses informasi dan memulihkan energi.
Tidur yang cukup, waktu hening tanpa gadget, dan aktivitas ringan seperti berjalan kaki di alam membantu otak menyegarkan diri. Bahkan, beberapa ide terbaik justru muncul saat kita tidak sedang berusaha keras berpikir.
Beristirahat bukan bentuk kemalasan---ia adalah bahan bakar bagi fokus jangka panjang.