Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sayang, Kembalilah

24 Mei 2019   12:21 Diperbarui: 24 Mei 2019   12:28 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pixabay.com

Suatu pagi yang cerah dan penuh semangat. Hari baru. Aku kagum melihat keindahan alam di pagi itu. Seberkas cahaya sedikit demi menembus celah-celah dedaunan, menyapa lembah, gunung, sungai, sawah, ladang sampai bunga-bunga di taman. 

Kekagumanku berpuncak pada Dia yang telah melakukan karya indah itu. Namun keindahan pagi ini, tidak seindah hatiku. Ketika aku bercerita tentang matahari,  tentang bulan, tentang bintang, katamu, engkau terlalu tinggi. Engkau menurunkanku ke jagat. Aku mulai bercerita tentang dunia, tentang manusia, tentang cinta. Engkau menyambut pembicaraanku dengan mengangguk. Angguk selalu merupakan caramu menyutujui perkataanku.

Aku merasa sepi, sedih, gelisah dan cemas, di kala tak tahu di mana rimbamu. Secuil senyuman, sepasang mata indah, kilauan rambutmu selalu menyapaku dari persembunyian. Tapi sekali lagi, di mana rimbamu.

Rindu ya rindu adalah desakan cinta yang membuat jiwa gelisah. Engkau pernah memulainya. Rasanya engkau telah membawa sekeping hati ini, dan engkau tidak mau mengembalikannya kepada tuannya. Itukah yang dinamakan cinta? Ketika hatiku dan hatimu menyatu. Tidak. Engkau telah mencuri hatiku dan engkau telah menghilang entah ke mana.  

Ketika sang surya hendak meninggalkan peraduannya, yang tersisa hanyalah aku yang sedang menjelajahi imajinasi. Kisah-kisah indah yang pernah kita lewati bersama kubongkar kembali. Sulit bagiku untuk melupakanmu. Namun apa daya engkau telah pergi. Engkau telah menghilang. Mungkinkah pengalaman masa lalu itu menjadi kenyataan sekarang dan masa depan?

Mungkin semua sudah berubah. Mungkin engkau telah mendapatkan hati yang baru dan hatiku telah engkau lepaskan tanpa seizinku. Tapi supaya engkau tahu, sekeping hatimu yang tertinggal di sini kujaga selalu. Aku tidak pernah membiarkan siapa pun mengambilnya. Ruang dan waktu tidak cukup menampung semua perasaan ini. Kembalilah. Cinta ini abadi.

Ketika waktunya tiba, aku memutuskan untuk segera mengembalikan hati itu kepadamu. Sulit bagiku untuk menyimpannya lebih lama, karena aku tahu engkau tidak akan kembali. Bagaimana caranya? Aku bertanya kepada rumput, gunung, laut dan matahari tapi mereka membisu dan selamanya membisu. Kubawa keresahan kepada hidup yang setiap hari kujalani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun