Mohon tunggu...
Atanshoo
Atanshoo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Perkantoran. Memiliki hobby menulis, untuk menyalurkan kegelisahan terkhusus pada kategori Humaniora dan Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pewaris Tahta Rakyat

17 Februari 2024   09:02 Diperbarui: 17 Februari 2024   09:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pewaris Tahta Rakyat - William Krause on unsplash

Pewaris Tahta Rakyat
(Atanshoo)

Di tanah pusaka nan permai,
Terukir kisah dinasti yang ramai.
Tahta diwariskan bagai harta benda,
Rakyat jelata hanya bisa merenda.

Sang pewaris, pangeran muda,
Didudukkan di singgasana tanpa kuda.
Pengalaman minim, pengetahuan dangkal,
Hanya nama besar yang menjadi modal.

Para menteri, kroni dan kerabat,
Berkumpul di istana bagai semut.
Menjilat sang raja demi keuntungan pribadi,
Rakyat diabaikan, hidup merana di negeri sendiri.

Suara kritis dibungkam dengan paksa,
Kebebasan berekspresi dibungkus duka.
Media dibungkam, kritikus dibungkam,
Hanya pujian yang digemakan.

Negeri pusaka, negeri tercinta, Terjebak dalam pusaran dinasti yang tak terencana.
Eh atau sudah terencana ya?
Kapan rakyat bisa hidup sejahtera?
Kapan keadilan dan kebenaran bisa bersatu di negara?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun