Mohon tunggu...
ASWAN NASUTION
ASWAN NASUTION Mohon Tunggu... Kontributor Tetap

Menulis adalah bekerja untuk keabadian” Horas...Horas ..Horas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Abadi Becak BSA Siantar.

21 Agustus 2025   08:28 Diperbarui: 21 Agustus 2025   08:28 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ejarah mencatat bahwa Pematang Siantar adalah kota di mana dua legenda bertemu: ketangguhan mesin Inggris dan keuletan tangan-tangan Indonesia. Kisah ini bermula di era pasca-Perang Dunia II, saat para serdadu Sekutu---terutama dari Inggris---meninggalkan jejak berupa motor-motor BSA tangguh yang terbengkalai. Motor-motor BSA adalah kendaraan militer yang dibawa oleh tentara sekutu, termasuk tentara Inggris dan Belanda, saat Agresi Militer Belanda sekitar tahun 1947. Motor ini dirancang sebagai kendaraan perang yang tangguh untuk menembus medan berat, seperti hutan dan perbukitan. Setelah Perang Dunia II berakhir dan tentara sekutu kembali ke negaranya, banyak motor BSA yang tidak terpakai dan terbengkalai di berbagai sudut kota, termasuk di Pematangsiantar.

Nama "Becak Siantar Asli" muncul sebagai akronim dari singkatan BSA. Hal ini menunjukkan betapa populernya motor ini  takdir itu tidak datang dari garasi mewah, melainkan dari bengkel-bengkel sederhana. Dengan kreativitas yang luar biasa, para montir dan pengemudi lokal menyulap motor-motor ini menjadi tulang punggung transportasi publik. Mereka memasangkan mesin BSA yang perkasa pada sebuah gerobak samping, dan lahirlah "Becak Siantar Asli," sebuah akronim yang kini lebih dikenal daripada nama aslinya, Birmingham Small Arms.

Mesin BSA, terutama tipe M20 dan M21 dengan kapasitas 350-500 cc, terkenal sangat kuat dan andal. Mesin ini mampu melewati topografi Pematangsiantar yang berbukit-bukit dan tidak rata dengan mudah, bahkan saat mengangkut banyak penumpang dan barang. Percobaan untuk menggunakan motor lain seperti Harley atau BMW untuk dijadikan becak tidak berhasil, hanya motor BSA yang terbukti cocok. Karena pabrik BSA berhenti berproduksi pada tahun 1970-an, keberadaan becak ini menjadi sangat langka dan sulit ditemukan di tempat lain di dunia. Hal ini menjadikannya cagar budaya dan warisan sejarah yang dilindungi. Becak BSA bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol dari kreativitas, ketangguhan, dan semangat masyarakat Pematangsiantar dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Suara knalpotnya yang khas yang menggelegar bukan hanya bising, melainkan melodi khas yang tak bisa ditiru  dan bodinya yang besar menjadi identitas yang tak terpisahkan dari kota ini. . Bagi warga Siantar, suara itu bagaikan detak jantung kota

Keistimewaan lain terletak pada durabilitasnya. Motor-motor ini adalah saksi bisu sejarah; mereka selamat dari perang, digunakan untuk mengangkut barang, dan hingga kini, puluhan tahun kemudian, masih kokoh mengangkut penumpang. Desainnya yang klasik, tanpa ornamen berlebihan, memancarkan aura nostalgia yang kuat, seolah membawa kita kembali ke masa lampau setiap kali menaikinya.

Sayangnya, layaknya pahlawan yang menua, kondisi becak BSA saat ini menghadapi tantangan besar. Jumlahnya terus menyusut. Dari ribuan unit di masa jayanya, kini diperkirakan hanya tersisa beberapa ratus. Kelangkaan suku cadang menjadi momok utama, memaksa para pemilik untuk menjadi ahli modifikasi dan kanibal. Mereka sering kali harus mengorbankan satu unit untuk menghidupkan unit lain, sebuah pengorbanan yang ironis namun penuh dedikasi.

Menentukan jumlah pasti motor BSA yang ada di Pematangsiantar saat ini sangat sulit karena tidak ada data resmi yang dicatat oleh pemerintah. Namun, berdasarkan informasi dari komunitas dan laporan media, jumlahnya terus menurun dan diperkirakan hanya tersisa beberapa ratus unit. Data yang ditemukan dari sumber berbeda memberikan perkiraan sebagai berikut, Pada tahun 2019, Presiden komunitas BSA Owners Motorcycles Siantar (BOM'S), Kusma Erizal Ginting, menyatakan bahwa jumlah motor BSA di Pematangsiantar berkisar antara 96 hingga 110 unit saja. Penurunan jumlah ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Banyak pemilik yang menjual motor mereka ke kolektor di luar daerah . Suku cadang yang langka dan sulit didapat karena pabrik BSA sudah tidak berproduksi dan Biaya perawatan yang tinggi dan kesulitan dalam merawat motor tua.

Semangat melestarikan becak BSA tidak pernah padam. Komunitas BSA Owners Motorcycles Siantar (BOM'S) menjadi garda terdepan. Mereka adalah para penjaga warisan, berbagi pengetahuan, dan mencari solusi agar becak-becak legendaris ini tidak punah.

Masa depan becak BSA berada di persimpangan. Di satu sisi, ia terancam menjadi artefak yang hanya bisa dilihat di museum atau koleksi pribadi. Namun di sisi lain, potensi wisata dan nilai historisnya memberikan harapan baru. Pemerintah kota dan komunitas bisa bekerja sama untuk menjadikannya atraksi utama. Mengembangkan rute wisata khusus becak BSA, atau menjadikannya simbol promosi kota, dapat memberikan nafas baru. Dengan sentuhan modern seperti aplikasi pemesanan khusus atau program restorasi yang terorganisir, becak BSA bisa tetap relevan, tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi sebagai "museum berjalan" yang menceritakan sebuah kisah yang tak lekang oleh waktu. Pada akhirnya, becak BSA adalah bukti bahwa warisan tidak harus selalu mewah atau monumental. Ia bisa berupa mesin sederhana yang dengan setia telah mengabdi pada masyarakatnya selama puluhan tahun, menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi sebuah kota.

Begitulah kisah Becak BSA. Sebuah bukti bahwa kadang, barang buangan perang bisa jadi idola jalanan. Semoga kisah ini membuat Anda tak lagi memandang remeh becak, karena di balik deru knalpotnya, ada kisah abadi yang lebih berharga dari sekadar ongkos.

Motto Kota Pematangsiantar adalah "Sapangambei Manoktok Hitei".( "Bersama-sama Membangun Jembatan" atau "Bersatu untuk Mencapai Tujuan".)

Horas Hubanta Haganupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun