Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

MIKIR: Metode Baru Menemukan Makna dan Peran Hidup dalam Pekerjaan dan Pendidikan

20 April 2025   13:06 Diperbarui: 20 April 2025   13:06 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viktor Frankl, seorang psikiater Yahudi dan penyintas kamp konsentrasi Auschwitz, mengkritik nihilisme Sartre dengan pendekatan yang lebih spiritual. Melalui logoterapi, Frankl menunjukkan bahwa pencarian makna adalah dorongan terdalam manusia. Dalam kondisi paling mengerikan sekalipun, manusia tetap bisa menemukan makna, baik melalui cinta, penderitaan yang dijalani dengan martabat, atau kontribusi terhadap orang lain. Ia menulis, "He who has a why to live can bear almost any how."

Sren Kierkegaard, pendahulu eksistensialisme dari Denmark, menawarkan pendekatan religius yang lebih personal. Ia melihat krisis eksistensial sebagai "penyakit menuju kematian," yaitu keputusasaan karena gagal menjadi diri yang otentik. Menurutnya, makna hanya dapat ditemukan dengan melampaui diri dan menghadapkan eksistensi kepada Tuhan secara penuh, dalam iman, bukan sekadar akal.

Ketiga tokoh ini menunjukkan bahwa makna hidup bukanlah konsep yang disuapkan dari luar, tetapi ditemukan, digumulkan, dan diperjuangkan secara aktif, baik secara filosofis maupun spiritual.

Maqasid Syariah vs Maqasid al-Khalq: Memperluas Horizon Makna Hidup

Dalam khazanah Islam, teori Maqasid al-Syariah (tujuan-tujuan syariat) telah lama digunakan untuk menekankan esensi hukum Islam: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Ini adalah pendekatan normatif yang sangat manusia-sentris dan hukum-sentris, dengan fokus pada maslahat insaniyah (kemaslahatan manusia). Namun, di tengah krisis ekologis, teknologi destruktif, dan alienasi spiritual global, pendekatan ini mulai menunjukkan keterbatasan.

Sebagai respons, muncul konsep Maqasid al-Khalq, perluasan dari Maqasid Syariah yang tidak hanya berfokus pada maslahat manusia, tetapi juga tujuan penciptaan secara kosmik. Dalam Maqasid al-Khalq, makna hidup dilihat dalam konteks keterhubungan antara manusia, makhluk lain, dan alam semesta, semuanya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.

Maqasid al-Khalq mengajak kita untuk menafsirkan kembali eksistensi: bukan hanya "apa peranku sebagai manusia?", melainkan "apa makna keberadaanku dalam jejaring semesta ciptaan?". Ini membuka ruang baru bagi spiritualitas ekologis, etika interspesies, dan tanggung jawab kosmologis.

Identitas, Kontribusi, dan Relasi Kosmik: Pilar Penemuan Makna

Makna hidup bukanlah sesuatu yang semata-mata ditemukan di ruang batin, melainkan dalam pertautan antara tiga dimensi utama:

1. Identitas (Selfhood): Siapa saya? Apa bakat, luka, dan hasrat terdalam saya? Identitas bukan sekadar data administratif, tapi hasil dari refleksi sejarah hidup, nilai yang diyakini, dan potensi yang dipupuk.

2. Kontribusi (Purpose): Apa yang bisa saya berikan? Dalam konteks Maqasid al-Khalq dan logoterapi Frankl, kontribusi adalah cara untuk melampaui diri sendiri, transcendence through service. Peran sekecil apa pun menjadi signifikan jika dijalani dengan kesadaran sebagai bagian dari sistem yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun