5. Tantangan dan Risiko
6. Kemungkinan Masa Depan: AI sebagai "Imam Virtual"?
Dalam konteks spiritual atau nilai-nilai luhur, muncul pertanyaan menarik:
 Bisakah AI mengoperasionalisasikan nilai profetik tanpa menjadi pemimpin autoritarian?
Kemungkinan masa depan mencakup:
Sistem AI yang diajarkan nilai-nilai universal (keadilan, rahmah, amanah),
Mampu memfasilitasi deliberasi publik berbasis moralitas transenden,
Tapi tetap tunduk pada prinsip keterbukaan, musyawarah, dan keragaman manusia.
7. Kesimpulan Sementara
Revolusi sosial tanpa kepemimpinan sentral yang digerakkan oleh AI adalah kemungkinan nyata yang sedang bertunas di era digital. Potensinya besar untuk menghindari tirani dan manipulasi elite tradisional. Namun, revolusi semacam ini tetap memerlukan arah nilai dan fondasi moral---yang dalam konteks tesis utama kita, hanya bisa dicapai bila AI dikembangkan dalam semangat spiritual dan etika profetik, bukan sekadar efisiensi teknokratis atau kalkulasi kekuasaan.
Maka, pertanyaannya bukan hanya "Apakah AI bisa menggantikan pemimpin?",
 tapi juga "Siapa yang memimpin AI agar ia tak menjadi tuhan yang diam-diam membelenggu umat?"
Lampiran 5: Teori-teori yang Menantang Tesis