Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi dalam 5 Revolusi Besar Dunia

15 April 2025   13:11 Diperbarui: 15 April 2025   13:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reid, Anthony. The Indonesian National Revolution 1945--1950. Melbourne: Longman, 1974.

  • Said, Edward W. Representations of the Intellectual. New York: Vintage, 1996.

  • Shariati, Ali. Religion vs. Religion. Tehran: Institute for Research and Development in the Humanities, 1981.

  • Watt, W. Montgomery. Muhammad: Prophet and Statesman. Oxford: Oxford University Press, 1961.

  • Lampiran 1: Potensi Kritik dan Jawabannya

    Kritik 1: Ketidakmampuan Revolusi untuk Menjamin Keadilan Sosial

    • Kritik: Banyak yang berpendapat bahwa revolusi, baik dalam konteks Reformasi Indonesia 1998 maupun revolusi besar lainnya, gagal dalam menjamin tercapainya keadilan sosial. Hal ini terlihat dari munculnya oligarki baru, konsolidasi kekuasaan oleh elite politik, dan keterpurukan ekonomi pasca-revolusi.

    • Jawaban: Ketidakmampuan ini tidak mencerminkan kegagalan revolusi itu sendiri, melainkan kegagalan dalam implementasi prinsip-prinsip revolusi yang seharusnya didasari oleh komitmen jujur terhadap cita-cita sosial. Seringkali, meskipun revolusi dimulai dengan semangat pembebasan, kekuasaan yang diraih dengan cepat berubah menjadi alat dominasi segelintir pihak yang baru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kekonsistenan dalam menjaga nilai-nilai yang mendasari perubahan tersebut.

    Kritik 2: Tidak Ada Revolusi yang Sungguh-Sungguh Seperti Revolusi Spiritual Muhammad SAW

    • Kritik: Argumentasi bahwa tidak ada revolusi yang "jujur" setelah Revolusi Spiritual Muhammad SAW bisa dianggap sebagai idealisasi berlebihan terhadapnya. Setiap revolusi pasti memiliki dinamikanya, dan penerapan revolusi spiritual di dunia modern dianggap sulit mengingat kompleksitas sosial dan politik.

    • Jawaban: Meskipun Revolusi Muhammad SAW tidak bisa direplikasi secara langsung dalam konteks modern, apa yang dapat diambil sebagai teladan adalah nilai-nilai integritas, keadilan sosial, serta partisipasi rakyat dalam transformasi. Revolusi ini mengutamakan perubahan akhlak individu dan sosial dengan sistem yang adil, tanpa konsentrasi kekuasaan, yang bisa menjadi fondasi bagi pembaharuan sosial saat ini.

    HALAMAN :
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun