Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi dalam 5 Revolusi Besar Dunia

15 April 2025   13:11 Diperbarui: 15 April 2025   13:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahatma Gandhi - Teori Non-Kekerasan dan Revolusi Tanpa Kekuasaan: Gandhi berargumen bahwa revolusi tidak harus berfokus pada pengambilalihan kekuasaan, melainkan pada pembebasan moral dan spiritual rakyat melalui tindakan non-kekerasan (ahimsa). Hal ini mengarah pada konsep revolusi yang lebih inklusif, di mana rakyat terlibat aktif tanpa adanya konsentrasi kekuasaan yang meminggirkan mereka.

  • John Locke - Teori Kontrak Sosial: Locke berargumen bahwa pemerintahan sah berasal dari persetujuan rakyat, dan jika pemerintahan melanggar kontrak sosial, rakyat memiliki hak untuk menggulingkannya. Dalam konteks revolusi, hal ini menunjukkan pentingnya transparansi, keadilan, dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Tesis kita tentang revolusi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana sistem kepemimpinan yang berbasis pada prinsip-prinsip syura dan keadilan sosial memberikan ruang bagi partisipasi rakyat tanpa adanya manipulasi kekuasaan.

  • 5. Teori tentang Keberlanjutan Revolusi

    • Immanuel Wallerstein - Teori Dunia Terpadu (World Systems Theory): Wallerstein mengemukakan bahwa perubahan sosial besar sering kali dipengaruhi oleh dinamika global yang lebih luas, termasuk sistem ekonomi internasional. Dalam banyak revolusi, meskipun terjadi perubahan pada tingkat negara, banyak struktur dominan global yang tetap dipertahankan. Revolusi yang jujur seharusnya tidak hanya fokus pada perubahan internal negara, tetapi juga pada perubahan sistem internasional yang lebih adil.

    • Ibn Khaldun - Teori Asabiyyah dan Kejatuhan Peradaban: Ibn Khaldun menyatakan bahwa kekuatan sosial atau asabiyyah (solidaritas kelompok) adalah faktor penting dalam mempertahankan dan mengubah peradaban. Namun, ketika asabiyyah mulai memudar, peradaban mulai mengalami keruntuhan. Dalam konteks revolusi, hal ini relevan dengan bagaimana ketidakadilan sosial dan pergeseran struktur kekuasaan dapat mempengaruhi stabilitas pemerintahan revolusioner.

    Kesimpulan

    Teori-teori yang tercantum di atas memberikan kerangka intelektual yang kuat untuk memahami mengapa banyak revolusi gagal mewujudkan janji-janji mereka dan mengarah pada pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebebasan. Dari teori materialisme historis hingga teori transformasi spiritual, kita dapat melihat bagaimana revolusi yang tidak memperhatikan aspek moral dan prinsip dasar demokrasi sering kali berakhir dengan konsentrasi kekuasaan yang justru memperburuk ketimpangan sosial. Sebaliknya, revolusi spiritual Muhammad SAW yang berfokus pada transformasi individu dan masyarakat secara menyeluruh menawarkan model pemerintahan yang lebih adil dan jujur, di mana rakyat tidak hanya menjadi objek perubahan, tetapi aktor yang aktif dalam prosesnya.

    Lampiran 4: Potensi Revolusi Sosial Tanpa Kepemimpinan yang Didorong AI

    Di era kecerdasan buatan dan jaringan informasi global, muncul kemungkinan baru dalam sejarah manusia: revolusi sosial tanpa tokoh sentral atau kepemimpinan tradisional, tetapi digerakkan oleh pola kolektif yang muncul melalui algoritma, kecerdasan kolektif, dan sistem terdesentralisasi. Lampiran ini mengeksplorasi potensi tersebut secara konseptual dan pragmatis.

    1. Definisi dan Premis Dasar

    Revolusi sosial tanpa kepemimpinan adalah bentuk perubahan besar dalam tatanan sosial, ekonomi, atau politik yang tidak dipimpin oleh tokoh karismatik atau elite tertentu, melainkan digerakkan oleh kekuatan sistemik---khususnya kecerdasan buatan, data besar, dan interaksi masif antar individu dalam jaringan.

    HALAMAN :
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun