Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Love

Paradox of Ex Benci Rindu dan Ingin Menang

19 September 2025   17:26 Diperbarui: 19 September 2025   17:26 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Paradox of Ex Benci Rindu dan Ingin Menang (Sumber: canva.com/dream-lab)

Saat melihat foto itu, hatiku tersentak. Ketika membaca tulisan itu, pikiran ikut melayang. Ada wajah yang kukenal, ada senyum yang dulu pernah untukku tapi kini bukan milikku. Aku sudah pergi, aku tahu. Namun di dalam dada masih tersisa rasa, seolah pintu itu belum benar-benar tertutup.

Kita bilang benci. Kita bersumpah tidak akan kembali. Namun ketika mantan berdiri di samping seseorang yang baru, ada kalimat lirih yang muncul tanpa diundang. Aku tetap yang terbaik. Aneh. Kita mengiyakan kata perpisahan, tetapi menolak kalah dalam cerita yang sudah selesai.

Pergulatan Ego Setelah Putus

Di kepala, logika selalu berjalan rapi. Sudah usai cerita. Tak ada janji, tak ada rencana. Tetapi di dalam dada ini, masih ada sisa getar yang menuntut keunggulan. Kita menatap foto itu lama, menyisir komentar orang, mencari celah untuk menenangkan harga diri. Mungkin dia tidak setulus dulu. Mungkin hubungan mereka hanya euforia. Mungkin aku yang lebih paham cara membuatnya tertawa.

Di situ letak paradoksnya. Kita tidak ingin kembali, tetapi kita ingin tetap jadi puncak gunungnya. Kita menolak bersama, tetapi juga menolak digantikan. Seperti menyimpan kunci rumah yang telah diserahkan, hanya agar merasa masih bisa masuk kapan saja. Kita tahu ini konyol, namun batin sering memilih cara sederhana untuk melindungi diri. Ego memeluk kenangan, lalu berbisik pelan. Tenang, kamu tetap yang terbaik.

"Yang lalu biarlah berlalu." Kita sering mengucapkannya, sering mendengarnya, tetapi jarang benar-benar untuk melepaskan. Kalimat itu gampang di bibir, berat di genggaman, lain pula di hati.

Cermin Sosial Sehari-hari

Di linimasa, kita belajar membandingkan. Algoritma menyajikan potongan reels hidup orang lain seperti trailer film yang selalu seru. Mantan tampil lebih dewasa, pasangan barunya tersenyum lebar, caption mereka pendek dan manis. Kita lupa bahwa layar hanya mempertontonkan highlight, bukan seluruh musim. Di dunia yang menghitung like sebagai validasi, perasaan ingin menang menjadi wajar. Bukan karena kita jahat, melainkan karena budaya menilai membuat kita takut terlihat kalah.

Di keseharian, banyak dari kita menyamakan cinta dengan kepemilikan. Padahal hubungan yang telah usai, kepemilikan juga selesai. Namun bahasa sehari-hari menyisakan kata kita yang licik. Mantan kita, tempat kita, lagu kita. Kata ganti itu mengikat hal yang semestinya sudah bebas. Tak heran, ketika ada orang baru, kita merasa diusik. Seakan hak cipta rasa tidak berlaku masa kadaluarsa.

Saatnya Menemukan Makna

Paradox of Ex bukan tentang mantan dan pasangannya. Ini tentang kita yang masih ingin diakui sebagai bab terbaik dalam buku orang lain.

Begitu menyadari itu, rasanya hati jadi lebih ringan. Ternyata yang kita kejar bukan dia, melainkan diri kita versi yang lama. Diri kita yang merasa paling dipahami, paling layak, paling utama.

Psikolog menyebut fenomena ini sebagai rosy retrospection, bias kenangan yang membuat masa lalu tampak lebih indah dari kenyataannya. Ditambah lagi, penelitian dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa setelah putus hubungan percintaan, harga diri sering merasa terancam (ego threat). Dari situlah muncul dorongan untuk membandingkan diri dengan pasangan baru mantan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun