Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Menulis Dosen

25 Maret 2019   16:44 Diperbarui: 25 Maret 2019   17:01 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap harinya seorang redaktur opini menerima puluhan artikel namun yang termuat hanya satu-lima artikel, faktanya hanya segelintir (mungkin tak sampai lima persen) dosen yang sanggup menulis artikel di media massa. Manfaat lain ketika dosen mahir menulis di media massa, selain memang tuntutan akademisi dosen yang memiliki kemampuan menulis juga akan lebih cepat terkenal di masyarakat. Dan produktivitas dosen dalam menulis di media massa sekaligus menjadi media promosi STP (segmenting, targeting, positioning) kampusnya.

Jadi semua karya tulis dosen itu akan menjadi ukuran kinerja dosen tersebut, bukan sebagai keterpaksaan. Ketika dosen menulis itu bukan sekedar menuliskan data dan hasil penulisan, jelaslah saat itu sedang menyampaikan keseluruhan kecerdasannya. Banyak manfaat dari menulis dan menjadi penulis, ketika seorang dosen menulis maka saat itu sedang melakukan rangkaian proses yang setidaknya terdiri dari tiga hal yaitu membaca, merenung, dan menulis. Dimana ketiga rangkaian itu ialah keterampilan dan karakter yang melekat pada diri si penulis.

Pertama, berkaitan kemampuan membaca artinya seorang dosen selain membaca buku juga akan membaca pengalaman, membaca fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Semakin sering keterampilan membaca diasah, semakin banyak bahan yang dapat ditulis.

Kedua, menyangkut kemampuan merenung memikirkan sesuatu. Dalam bahasa psikologi kapasitas itu disebut deep thinking, kesanggupan untuk berpikir mendalam. Apa pun yang dibaca diamati dan dialami selalu dipikirkan secara mendalam, mengapa ini terjadi dan pelajaran apa yang dapat dipetik dari peristiwa itu. Perbedaan kemampuan dosen dalam berpikir mendalam itu sangat menentukan seberapa banyak kearifan dan berpikir kirtis yang dapat mereka tunjukkan dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, maupun profesional mereka.

Dan Ketiga, adalah kebiasaan menulis. Dalam konteks kebiasaan menulis sesuatu yang pada awalnya dirasakan sulit, bila sudah biasa dikerjakan akan menjadi mudah.

Seorang dosen yang rajin menulis maka diakui dan tidak disadari sudah menjadi dosen yang hebat karena diyakini akan menginspirasi para mahasiswanya di kampus atau masyarakat, kemudian dosen yang rajin atau terampil menulis adalah dosen yang istimewa, karena tidak setiap dosen mampu melakukannya. Jelaslah jika tantangan dinamika ilmiah ke depan bahwa para dosen akan sangat disibukan untuk memenuhi standar kualifikasi minimal sebagai dosen dengan terus menulis baik di jurnal, majalah atau menghasilkan karya berupa buku. Jika ini bisa dilakukan maka akan kita jumpai dinamika pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun