Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pejabat Hancurkan Modal Sosial, Siapa Yang Bayar Tagihannya?

22 September 2025   05:45 Diperbarui: 22 September 2025   05:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekali kepercayaan hilang, biayanya berlipat untuk membangun kembali" Francis Fukuyama.

Terlebih bagi seorang pejabat publik. Sekali ekspektasi  publik dikhianati, publik cenderung skeptis terhadap semua institusi. Pejabat publik bahkan bisa kehilangan kepercayan. Padahal kepercayaan adalah modal sosial bagi pejabat publik. Saat kepercayaan itu runtuh, siapa bayar tagihannya?

_Trust is the expectation that arises within a community of regular, honest, and cooperative behavior, based on commonly shared norms._

Robert D. Putnam, seorang ilmuwan politik terkemuka mengatakan modal sosial adalah gambaran jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan bersama. Ini adalah jaringan kasa mata, tidak terlihat. Dengannya masyarakat bisa saling percaya, bekerja sama, dan membangun kohesi sosial.

Dan dengan modal sosial ini, pejabat publik dan institusi pemerintah bisa memetik hasil, seperti kepatuhan terhadap aturan, membayar pajak dengan tertib atau tidak melakukan pelanggaran. Modal sosial adalah energi kolektif yang membuat sebuah bangsa bisa bergerak lebih efisien.

Bayangkan jika modal sosial ini runtuh. Pejabat publik justru yang menjadi aktor utama justeru merusak modal sosial?

Sepertinya, belum hilang dari ingatan kita aksi protes yang terjadi dimana-dimana saat DPR berencana menaikan tunjangan anggotanya. Agustus kelabu ini seperti menjadi puncak kekesalan publik. September ini, kita kembali dikejutkan aksi demo warga Kabupaten Pati yang menentang Bupatinya sendiri, karena dianggap semena-mena menaikan pajak. Di Gorontalo, seorang anggota legislatif harus dipecat karena menimbulkan keresahan akibat ulahnya.

Flexing, penyalahgunaan kekuasaan, politik transaksional, korupsi dan inkonsistensi janji adalah contoh nyata dari sekian banyak hal yang bisa membuat kepercayaan publik tergerus. Ketika pejabat melanggar norma, masyarakat belajar. "Kalau pemimpin bisa, kenapa saya tidak?"

Richard Thaler, tokoh ekonomi perilaku, melalui konsep nudge menjelaskan bahwa pemimpin atau institusi adalah choice architect. Jika pejabat publik memberi contoh buruk, dia sebenarnya sedang menciptakan nudge negatif, yakni mengarahkan masyarakat pada perilaku oportunis dan permisif.

Pertanyaannya sekarang, siapa yang membayar tagihannya?

Tagihan itu tidak dibayar oleh pejabat yang bersalah, melainkan oleh masyarakat luas. Mereka bisa membayar dengan kontan. Secara sosial, gotong royong di tengah masyarakat melemah, solidaritas luntur, masyarakat makin individualis. Secara politik,  partisipasi publik merosot, apatisme meningkat, dan demokrasi kehilangan vitalitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun