Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komentar di Media Sosial

14 Mei 2025   19:24 Diperbarui: 14 Mei 2025   19:24 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah potret kecil dari beberapa netizen kita. Berdebat untuk suatu hal yang tidak esensial, dan entah apa gunanya. Juga, dengan selipan kata-kata kurang elok, yang bagi mereka terkadang dianggap sebagai penambah nilai sangar. Tapi, apalah ini!? Hanya memperkuat imaji bahwa netizen Indonesia tidak lebih daripada keyboard warrior. 

Itu hanyalah salah satu cuplikan. Padahal, di video pendek yang sama, ada banyak komentar lain yang tidak dapat penulis deteksi satu persatu. Itu baru satu video, belum video-video lain dengan tema yang sama. Ini adalah video tentang games, loh, sesuatu yang erat kaitannya dengan hiburan dan bersenang-senang, ternyata masih bisa diliputi sisi gelap seperti ini. Bagaimana dengan video bertemakan hal-hal berat, misalnya politik!? Meski tidak bisa dipastikan mutlak, tapi penulis yakin isinya lebih parah.

Ini baru di satu platform media sosial, yaitu Youtube. Bagaimana dengan beberapa platform media sosial lain yang beredar di Indonesia: Instagram, Facebook, X, Line, Telegram, termasuk yang kurang populer macam BlueSky atau Signal? Bahkan, kita belum memperhitungkan keberadaan kanal atau grup privat, yang mana lebih sulit diamati gerak geriknya, dan lebih sulit diamati kontennya. 

Bukankah bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai adab? Apakah penetrasi internet dan turunannya mengikis hal tersebut? Atau, seperti yang Deddy Corbuzier sempat singgung di beberapa video siniarnya, bahwa bisa jadi dengan keberadaan medsos justru melepaskan dorongan julid dan toksik masyarakat yang selama ini dikekang karena minimnya platform yang memadai? 

Dalam beberapa hal, jelas hal ini mengkhawatirkan. Bahkan, yang berada di tema harmless macam game, seperti contoh di tangkapan layar, membuat gerah dan tidak nyaman. Apalagi di tema berat macam politik, yang mana sudah menjadi rahasia umum, betapa toksiknya netizen di sana. Karena sering menyelami X, penulis katakan bahwa di X tipikal saling mengutuki orang ketika berbicara politik itu sudah "lumrah". 

Tiada lagi argumentasi yang sehat. Tiada lagi bertukar ide dengan kepala dingin. Tiada lagi ruang maya yang aman. 

Jika diperluas, maka akan menjadi pertanyaan, apakah ruang komentar di media sosial itu masih ramah, atau malah masih diperbolehkan, untuk anak-anak? Saat ini, penulis paham mengapa video untuk anak-anak di Yt tidak difasilitasi dengan ruang komentar. Kalau penulis adalah orang tua, maka penulispun akan mengontrol ketat anak penulis ketika bermedia sosial, dan ketika membicarakan ruang komentar. 

Bisa jadi, Kompasiana masih menjadi ruang berkirim postingan yang elok, beserta ruang komentarnya. Berdoa saja, semoga ke depannya akan tetap demikian. Tapi, dalam hal ini, penulis berpikir bahwa Kompasiana lebih berperan sebagai Haven yang terakhir untuk hal demikian. Bisa jadi karena adanya moderasi yang ketat di Kompasiana. Andai Kompasiana juga rubuh suatu hari nanti, soal pengamanan ruang komentar, lalu mau bermedia sosial yang nyaman

Baca juga: Moba pun Berkembang

 ke mana lagi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun