Mohon tunggu...
artha senna
artha senna Mohon Tunggu... Editor

Suka bepergian. Editor lepas

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Motoran ke Pantai Baron dan Pantai Kukup

1 November 2023   07:15 Diperbarui: 1 November 2023   07:46 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persimpangan jalan menuju Gunung Kidul (dok. pribadi)

Berkunjung ke Kota Yogyakarta yang istimewa memang istimewa. Salah satu istimewanya dapat dijelajahi dengan menggunakan motor sewaan alias motoran. Berkunjung ke kota itu tak usah ditanya dengan moda apa. Karena aneka moda umum atau pribadi bisa digunakan, motor pesawat udara, bis, kereta hingga kendaraan pribadi.

Saya memilih menggunakan transportasi umum, yaitu kereta menuju Yogyakarta khususnya di Stasiun Tugu. Dari stasiun itu, kedatangan Anda baik malam, tengah malam, pagi, siang atau sore tak perlu kuatir karena banyak kendaraan pula yang bisa dipilih menuju penginapan.

Soal penginapan juga tak perlu kuatir. Bisa pesan jauh-jauh hari lewat aplikasi online atau dadakan. Saya kebetulan menginap di kawasan Malioboro, khususnya di Jalan Prawirotaman. Jalan ini jangan ditanya, mulai hotel besar dan kecil yang masuk gang-gang tersedia. Jadi, salah satu istimewa kota Gudeg ini juga karena banyaknya penginapan yang tersedia.

Jelajah kota

Ini memang selera. Kalau ingin lebih sedikit lelah badannya, maka bisa pilih sewa mobil sehingga dapat ke daerah-daerah terpencil seputaran Yogyakarta dan juga daerah-daerah lain, semisal Bantul, Magelang hingga Gunung Kidul.

Saya milih Gunung Kidul. Sasarannya adalah Pantai Baron dan Pantai Kukup. Dua pantai ini memang berdekatan di daerah Gunung Kidul. Jaraknya 3 jam-an dari pusat kota Yogya.

Maka saya mulai cari sewa motor untuk menjangkau dua pantai itu. Setelah sekrol-sekrol di internet jasa sewa motor. Saya menemukan jasa sewa motor yang menurut saya terjangkau. 70 ribu sehari dengan motor matic.

Maka pagi pukul 7, saya meluncur meliuk-liuk di seputaran kota Yogyakarta. Sebelum isi bensin motor saya isi perut dulu. Mampir di daerah pasar Beringharjo menikmati sarapan Gudeg. Ini sarapan khas yang nikmat. Selepas itu kira-kira pukul 8 lewat baru menelusuri ke arah Gunung Kidul.

Pertanyaannya? Apakah saya tahu jalan ke Pantai Baron? Tentu saja tidak sama sekali. Maka ada dua cara, yaitu gunakan map dan membaca penanda wilayah atau signage. Juga tak kalah ampuhnya, tanya ke orang di jalan.

Maka mulailah saya menjelajah jalan-jalan menuju Gunung Kidul. Dari pusat kota saya ambil jalan menuju Ahmad Yani, Ngupasan menelusuri jalan ke arah Plajen, lalu Wonosari sebelum tiba di Gunung Kidul.

Sempat saya menelusuri daerah Imogiri menuju Wonosari. Dan yang disuka dari penjelajahan itu adalah jalan yang mulus, bersih dan tak terlalu ramai. Sehingga tiba di Gunug Kidul sendiri

 

Pantai Baron

Pantai Baron (dok. pribadi)
Pantai Baron (dok. pribadi)

Meski perjalanan dalam suasana panas terik, semangat untuk menelusuri Gunung Kidul khususnya Pantai Baron tak urung. Siang sekitar pukul 14.00 saya tiba. Kok lama sekali dari Yogyakarta ke Gunung Kidul? Ya, karena memang saya motorannya tak terlalu kencang. Kecepatan 70-80 kilo saja motor saya pacu sambil menikmati situasi perjalanan.

Ini yang unik. Masuk Pantai Baron hanya dikenakan parkir motor saja. Ah, saya beruntung hanya membayar 15 ribu. Karena itu sudah mencakup dua pantai, yaitu Baron dan Kukup. Maka siang itu, saya benar-benar menikmati dan berleha-leha di pinggir pantai. Di Pantai Baron sendiri pemandangan cukup indah. Ada kapal-kapa nelayan yang disewakan bagi pengunjung untuk membawa pelancong agak ke tengah laut. Di pinggir pantai, aneka jajanan, seperti kelapa muda, kue-kue kering hingga jajanan olahan laut, semacam udang tepung, kepiting hingga ikan teri dan lainnya berjejer di jalan menuju pantai.

Karena saya tiba di pantai itu siang, pengunjung belum begitu banyak. Saya bebas menikmati pinggiran pantai dan sesekali memotret suasana.

O iya, kenapa pantai itu dinamai Pantai Baron. Ada sejarahnya. Nama Baron menurut cerita dari mulut ke mulut diambil dari nama seorang bangsawan Belanda bernama Baron Skeber. Ia inilah yang menjelajahi pantai itu dengan menambatkan perahunya pertama kali sekitar tahun 1930-an. Di kawasan pantai inilah, di zaman itu banyak orang Belanda yang ikut menikmati suasana indahnya pantai.

Selain sejarah itu, pantai ini juga punya keistimewaan lain, yaitu adanya sungai air tawar bawah tanah. Jelas pantai dengan sungai bawah tanah tidak dimiliki pantai-pantai lainnya di Indonesia ini. Sehingga warga Gunung Kidul amat bangga dengan keunikan alam itu.

Satu jam di pantai itu. Saya melipir ke pantai sebelahnya yaitu Pantai Kukup. Pantai Baron dan Pantai Kukup menjadi seperti kompleks pantai di Gunung Kidul. Itu sebabnya wisatwan lokal seperti saya, bisa milih mau ke pantai mana.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Pantai Kukup

Saya pindah ke Pantai Kukup dengan motoran yang jaraknya cuma 10 menitan. Dua pantai ini merupakan bagian dari Pantai Selatan Jawa. Tentu saja kalau bicara Pantai Selatan maka berbau mistis. Tapi di siang hari itu, yang nampak adalah keindahan. Bukit Karst yang indah membuat pantai ini nyaman untuk dinikmati berlama-lama.

Pantai Kukup (dok. pribadi)
Pantai Kukup (dok. pribadi)

Warga sekitar punya ritual yang masih dilakukan hingga sekarang, yaitu saat malam Satu Suro diadakan ritual upacara sedekah dengan sebutan Sedekah Laut. Upacara ini adalah di mana warga mengungkapkan syukur dalam bentuk berbagai sesajen lalu dihanyutkan di lautan lepas. Dengan melakukan upacara itu, warga mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang telah diterima. Upacara yang diadakan sejak turun temurun itu sudah menjadi budaya dan tentu saja amat menarik bagi wisatawan.

Siang itu karena terik, menikmati es kelapa muda dengan tamparan lembut udara laut menjadi sesuatu yang melegakan.

Pukul 4 sore, ketika langit sudah berwarna merah, saya memutuskan untuk meninggalkan dua pantai itu. Melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Yogyakarta yang mengangeni. Dan cuss, motor saya melaju tak terlalu kencang menyusuri jalan-jalan lengang Gunung Kidul.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun