Bisa dibayangkan seandainya seluruh lembaga pendidikan di Indonesia sudah menggunakan aplikasi tersebut, bukan hanya Gojek saja yang akan menjadi raksasa startup di Indonesia, akan tetapi pundi-pundi kekayaan Nadiem Makarim pun akan semakin melimpah pula -- tentu saja.
Apakah hal itu suatu langkah yang keliru bagi seorang pejabat negara, saat menunaikan tugas negara yang diembannya, ternyata di belakangnya malah berupaya "Menyelam sambil meminum air", mencari keuntungan pribadi dari  kekuasaan yang saat ini ada dalam genggamannya?
Tentu saja tidak. Apabila mengacu kepada aturan yang berlaku, hal  yang terjadi pada Nadiem Makarim sama sekali tidak dibenarkan. Karena di dalamnya kental dengan unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Oleh karena itu, Nadiem Makarim segera bertindak bijak. Sebelum semuanya terlambat, ambillah keputusan yang tepat.Â
Tetap bekerja sebagai menteri dalam kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi dengan tanpa melibatkan segala hal yang berbau bisnis pribadi, atawa segera mengundurkan diri secara teratur sebagai pejabat negara, dan kembali mengurus bisnis Gojek sepenuhnya seperti sebelumnya.
Dua pilihan itu merupakan sesuatu yang suka maupun tidak harus segera ditentukan salah satunya oleh yang bersangkutan. Karena paling tidak sebagai seorang anak muda, perjalanan Nadiem masih teramat panjang.Â
Sayang kalau harus tersandung karena masalah seperti itu, bisa jadi yang bersangkutan harus menanggung noda hitam dalam catatan perjalanan hidupnya. ***