Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada Anak-anak di Retak Dinding

16 April 2018   19:34 Diperbarui: 16 April 2018   19:33 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruang retak ini kita berusaha. Yah.... Berusaha....! Mengunyah  dunia. Melumat angkasa. Meneguk samudera. Semampu yang kita bisa.


Di ruang retak ini kita berusaha tegar. Dan tetap tegar....! Untuk tidak berontak.

Apa sebab?

Karena kita masih mampu memutar otak searah jarum jam. Meskipun langit mau runtuh. Dan bumi yang kita pijak di ruang ini, sewaktu-waktu mencipta gempa.

Retak dinding di ruang ini semoga tak luruh. Atap yang menganga di mana-mana, semoga tak jatuh. Dan dinding-dinding kusam itu.... Anggap lukisan keabadian. Dari tangan terdekap, yang hanya mampu menyilang di dada.

Andaipun suatu saat retak dinding luruh. Atap jatuh....
Jangan lagi kalian duduk diam di bangku itu....!
Bangkit! Bangkitlah!!!!
Ini ruang sudah saatnya bergerak. Bukan oleh gempa semata. Tapi gerak kita untuk satu-satunya tujuan.

Singkirkan yang tak mampu bekerja....

NKRI, 13 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun