Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur Kesayangan Gus Dur

19 Juni 2020   10:36 Diperbarui: 19 Juni 2020   10:46 2342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Hoegeng I Illustrasi : posbekasi.com

****

Keluarga Jenderal Hoegeng I Gambar : Tribunnews
Keluarga Jenderal Hoegeng I Gambar : Tribunnews
Saya mengetahui Hoegeng pada awalnya dari artikel-artikel pendek saja di media online. Ada asumsi saya sebelumnya (karena mungkin belum membaca cerita tentang Hoegeng secara keseluruhan), bahwa kisah  tentang Hoegeng sebagai Polisi yang jujur hanyalah framing media. Mungkin saja di rumah, hidupnya tetap mewah, menerima suap di rumah dan sebagainya.

Saya ternyata keliru besar, terlebih setelah saya membaca buku berjudul Hoegeng ; Oase di Tengah Keringnya Penegakan Hukum di Indonesia. 

Saya terharu dengan salah satu cerita dari anak laki-laki Hoegeng bernama Aditya yang menceritakan perjuangan mereka sebagai keluarga yang tetap hidup sederhana karena sikap idealis dari bapaknya.

Aditya bercerita saat bapaknya menjadi Kapolri, datang dua orang ke rumah membawa 2 buah sepeda motor Lambretta, katanya pengantar itu jatah untuk para pejabat dari pengusaha otomotif.

Aditya tentu senang sekali, karena saat itu keluarga mereka belum memiliki sepeda motor, apalagi mobil pribadi. Namun ketika Hoegeng pulang ke rumah, semuanya berubah,

Hoegeng bertanya dari mana asal motor itu, dan meminta ajudannya untuk mengembalikan Lambretta itu, Aditya lantas kecewa, meski pada akhirnya bisa memahami sikap dari Hoegeng.

Selama menjadi polisi, keluarga Hoegeng tidak memiliki kendaraan pribadi, kecuali Holden Kingswood, mobil syang diberikan teman-temannya setelah Hoegeng pensiun.

Ada lagi cerita berkaitan dengan keluarga. Suatu saat Hoegeng mendapat kesempatan kunjungan kerja di Belanda dengan beberapa pejabat. Para pejabat mulai mengajak keluarganya untuk ikut sekaligus plesir. Kebetulan sekali, Ibu Merry Hoegeng, istrinya juga memiliki kerabat di Belanda, sehingga antusias juga untuk ikut. 

Akan tetapi Hoegeng tidak mengijinkannya. Hoegeng tidak mau istrinya menjadi bahan pergunjingan orang  karena biaya untuk keluarga tentu tidak masuk dalam anggaran kunjungan kerja. Akhirnya Ibu Merry tidak jadi berangkat.  

Hoegeng memang menghidupi integritasnya dimanapun berada, sehingga bukan di kantor saja tetapi juga di rumah, hal itu terlihat dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun