Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 10

12 Maret 2016   18:25 Diperbarui: 12 Maret 2016   18:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Bagus anakku, tinggal sedikit lagi maka kau akan mendapatkan tubuh yang kau inginkan!” raut wajah ibu Hesty semakin sumringah. Ia melebarkan senyumnya seiring membesarnya gumpalan asap yang keluar dari mulut Lina.

“Apakah ini akhir dari hidupku?” gumam Lina. Jika dia masih diberikan kesempatan hidup oleh sang Mahakuasa, ia ingin menyatakan perasaannya pada Donni. Menghabiskan hari-harinya bersama Donni. Ia belajar sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya sebagai seorang sutradara film. Lina berharap Shanti akan menjadi partnernya dalam film-film buatannya nanti.

“Berani-beraninya kau menyakiti sahabatku, makhluk jelek!” suara itu sontak membangunkan Lina dari dunia khayalannya. Bondan, Indra dan Shanti bersiap di belakang Lina, menolongnya supaya terbebas dari jeratan makhluk terkutuk itu.

“Kami datang untuk menolongmu.” ujar Bondan seraya tersenyum kecil. Sungguh tak diduganya, mereka bertiga datang di saat dirinya hampir menyerahkan nyawa pada kematian.

Makhluk itu melepaskan cekikannya pada leher Lina. Makhluk itu mengambil sikap was-was dengan kehadiran ketiga temannya yang datang tanpa sepengetahuannya.

“Ayo kita lakukan!” Lina bergabung bersama ketiga temannya. Ia hanya mengangguk pelan, dengan napas agak sesak. Mereka bersama-sama mengangkat kedua telapak tangan, seolah mengumpulkan kekuatan untuk menghempaskan makhluk itu keluar dari tubuh Lina.

“Akkkhhh!” makhluk itu melolong keras ketika kekuatan yang dikumpulkan di telapak tangan mereka, berhasil menghempas tubuh makhluk itu keluar dari raga Lina.

“Sekarang, dia sudah pergi. Waktunya bangun, Lina. Donni sangat membutuhkan pertolonganmu.” tutur Shanti lembut. Ia tak dapat menahan air matanya bisa melihat sahabat dalam kondisi seperti ini—teduh dan menyejukkan hati.

“Kami harus pergi..., selamat tinggal.”Lina bak patung, memandangi tubuh halus teman-temannya yang pelan-pelan menipis. Air matanya terus meleleh mengiringi perjumpaan singkat di alam pikirannya. Terakhir kali, ia hanya melihat tangan mereka yang melambai lambat. Kini, tinggallah Lina sendiri.

“Selamat tinggal...” gumam Lina.

Gumpalan kabut hitam yang menyelimuti boneka, lenyap seketika. Ibu Hesty tercengang sementara sosok makhluk yang merasuk tubuh Lina, terhempas keluar dan bertelut membelakangi ibu Hesty.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun