Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 10

12 Maret 2016   18:25 Diperbarui: 12 Maret 2016   18:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ia berbalik ke belakang dan mengarahkan tali itu tepat di atas lilin yang menyala. Pijaran api mulai menjilat serat-serat taling tambang. Untuk mempercepatnya, Donni merenggangkan dan menarik kuat talinya agar cepat putus.

Di sana, ibu Hesty sudah menenggakkan pijakan kakinya yang sempat goyah. Ibu Hesty kembali menajamkan sorot matanya yang bengis dan tidak mengenal rasa ampun. Lutut Lina bergetar. Ia tak mampu menahan ketakutannya.

“Cepatlah Donni!” dengus Lina. Tinggal satu meter lagi, ibu Hesty bisa saja mengakhiri kesempatan hidupnya dalam sekejap.

“Pergilah kau ke neraka!”

Donni merentangkan kedua tangan boneka dan mengarahkan badan boneka itu tepat di bagian dadanya. Tinggal beberapa senti lagi, ujung mata pisau yang lancip itu, akan menancap kening Donni.

Donni melepaskan boneka yang dipegangnya. Pisau dapur berhasilmenembus bagian dada boneka. Ibu Hesty membelakkan bola matanya yang memerah. Ia barusan menyadari perbuatan yang dilakukannya.

“Tidak...TIIIIDDDAAAAAKKKKKK!!!” ibu Hesty mengaum keras bak raja hutan yang kehilangan mangsanya. Dia menjambak rambutnya sendiri, merasakan panas luar biasa membakar tubuhnya. Ia kehilangan kendali tubuhnya. Mondar-mandir tak tentu arah. Ibu Hesty terus menepuk-nepuk tubuhnya yang serasa tebakar hingga membuatnya berguling-guling seraya menggelepar bagai ikan yang kehabisan napas.

“Ayo kita pergi dari sini, Lina.” Donni menarik lengan Lina, meninggalkan ibu Hesty yang masih meraung-raung dengan suara yang hampir serak .

Ketika mereka keluar, Heru dan beberapa polisi yang mengikutinya dari belakang telah berhasil menemukan Donni dan Lina. Keduanya letih dengan tetesan peluh yang mengalir lambat dari dahi mereka.

“Kalian tak apa-apa?” tanya Heru. Mereka mengangguk pelan, merespon pertanyaan Heru.

“Polisi sudah menemukan rumah ini setelah beberapa saat kami mendengar suara jeritan wanita, tapi di mana ibu Hesty?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun