Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dahulu, Kata-kata Selalu Diam

30 November 2019   23:06 Diperbarui: 30 November 2019   23:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Tak ada suara dentuman kata-kata
merobek gendang telinga
tak ada barisan kata-kata
menanduk dinding nurani
tak ada gemuruh kata-kata mengaduk ketenangan palung hati

Dahulu,
kata-kata selalu diam
membiarkan jarum jam melaju tanpa gubrisan
ia memilih bersembunyi di ceruk jiwa
melebur bersama kesucian
ia terjaga dan sama sekali tak tertarik
untuk berkeliaran di luaran sana
karenanya ia menghindari kuping

Dahulu,
kata-kata tak pernah diujarkan
tak pernah dibentangkan dalam tulisan
ia memilih bersemayam
di langit ketujuh pikiran
dan di lapis ketujuh sanubari

Dahulu,
acapkali kata-kata bercengkerama
tanpa suara di bilik sunyi
namun di penghujung cengkerama
kata-kata tak pernah lupa membisikkan pelajaran hidup ke setiap inci tubuh dan langkah laku

Mungkin zaman telah berubah
kini, kata-kata sudah jenuh
meringkuk dalam batasan
ia telah menemukan era baru:
zaman kata-kata
zamannya kata-kata bebas berseliweran
meski kadang-kadang ia tersesat
dan tak menemukan jalan pulang

Kini,
kata-kata sudah berceceran
di mana-mana
namun acapkali menjelma hukuman paling mematikan; kepada yang berkata-kata
Upsss...

Makassar | 30 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun