Mohon tunggu...
KOMENS
KOMENS Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Komunitas Menulis di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Visi :Mengembangkan wadah Mahasiswa berprestasi di bidang karya tulis dan karangan bebas sesuai bakat yang di milikinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeritan Malam

21 April 2017   18:54 Diperbarui: 22 April 2017   10:00 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dek..Apa benar kamu sanggup lanjut ke pos selanjutnya??”tanyaku.

“Sss..ii..ap..kak.”

“Yang jelas dek...Bener kamu siap melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya?”,tegas Yunus.

“Iya kak.., gak papa kok...saya tetap ingin lanjut..”,  jawabnya memelas.

Sebelum kami memperbolehkan untuk lanjut dia malah menyerobot untuk pergi duluan melewati gang sempit antar kelas yang disebut ‘gang senggol’ dan terkenal dengan keangkerannya pada malam hari. Kami panik tetapi dengan sigap aku mengkomando kedua temanku untuk menahan regu saat itu dan selanjutnya. Layaknya seorang pahlawan aku seorang diri melewati gelapnya malam berusaha menjemput si H.

Ketika aku sampai di pos UJI NYALI, kudapati semua panitia yang berada disana tak sadarkan diri. Aku terpaku dengan mata melotot melihat pemandangan yang ada di depanku. Si H berdiri mematung sendiri diantara para panitia yang tergeletak tak beraturan disekitarnya. Sejenak aku merasa bingung harus melakukan hal apa, ingin rasanya menolong tetapi perasaan takut akan sesuatu yang janggal benar-benar sudah menguasai tubuh ini sampai aku kesulitan menggerakkan kedua kakiku. Namun, aku memberanikan diri untuk menghampirinya meski sungguh jantung ini berdetak lebih kencang dari biasanya, keringat dingin mengalir membasahi pelipisku, keadaan suasana saat itu seperti dalam film SAW jika salah mengambil keputusan bisa fatal!!!.


Ketika tanganku memegang bahunya dan menanyakan keadaannya itu merupakan pengalaman paling menyeramkan yang pernah kualami.

“Dek?? Kamu nggak apa-apa?Apa yang terjadi di sini kok semua yang di sini pada nggak sadar?”, tanyaku.

Dia tidak menjawabnya, lalu kutanyakan sekali lagi.

“Deekk!!??”.

Tetap tidak ada jawaban, kemudian dengan paksa aku memutar badannya menghadap kearahku. Aku terhentak dan langsung mundur menjauh darinya selangkah setelah kulihat sorot matanya yang kosong serta rambutnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya. Selang beberapa detik kemudian dia tersenyum menyeringai dengan mulut yang benar-benar melebar tidak wajar ke arahku dan tertawa sendiri dengan nada yang benar-benar membuat bulu kuduk sekujur tubuhku berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun