Mohon tunggu...
Aris  Pulsar
Aris Pulsar Mohon Tunggu... Traveler, Writer

Enjoy Life

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obsesi yang terkoyak

19 September 2025   18:44 Diperbarui: 19 September 2025   22:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Donna selalu punya mimpi besar: hidup serba cukup, mandiri, dan kaya. Ia percaya bahwa dengan uang, seorang perempuan bisa benar-benar merdeka. Namun, takdir mempertemukannya dengan seorang ustaz sederhana, pengajar di sebuah pesantren kecil di kotanya. Suaminya alim, rendah hati, dicintai santri-santrinya, tapi penghasilannya terbatas.

Di rumah, Donna sering merasa tercekik. Gaji mengajar suaminya hanya cukup untuk kebutuhan harian. Sementara Donna ingin lebih: pakaian bagus, rumah yang megah, dan tabungan besar untuk masa depan anak semata wayangnya---seorang gadis kecil yang ia cintai, tapi juga ia takutkan akan tumbuh dengan hidup pas-pasan seperti dirinya.

Kesempatan itu datang saat Donna mengenal seorang pemuda, pemilik showroom mobil mewah. Penampilannya berkelas, pandai bicara, dan terlihat percaya pada Donna. Ia memberi Donna kesempatan untuk bekerja dengannya dan  mengatur sebagian alur keuangan showroom, mempercayakan pembukuan kepadanya. Donna merasa bangga, merasa hidupnya sangat bahagia ---akhirnya ada yang melihat kemampuannya.

Namun kepercayaan itu tidak gratis. Sang pemilik showroom menuntut lebih dari sekadar kerja. Donna, dengan segala ambisinya, akhirnya menyerahkan tubuhnya. Ia menenangkan hati dengan pikiran: "Ini semua demi anakku. Demi masa depan yang lebih baik."

Bisnis itu benar-benar menguntungkan. Donna membawa pulang hadiah, uang tambahan, bahkan bisa membiayai kebutuhan anaknya lebih dari cukup. Tidak hanya materi yang didapatkannya namun kehampaan bathin yang selama ini dirasakan dapat di tumpahkan kepada kekasihnya ini, Dilain situasi suaminya bersyukur, mengira ada jalan rezeki yang baik untuk keluarga mereka. Ia tidak tahu bahwa di balik itu, istrinya menyimpan rahasia gelap.

Tapi semua kebahagiaan itu hanya ilusi. Pemilik showroom sebenarnya hanya memanfaatkan Donna. Di lingkungannya yang masih kuat berpegang pada adat dan norma, ia tak berani bermain dengan gadis muda atau wanita lajang. Donna yang nyata nyata, seorang istri ustaz, justru menjadi tempat aman baginya: tak ada yang curiga, dan jika pun terbongkar, Donna yang akan dipersalahkan.

Suatu hari di ranjang showroom-apartemen itu, Donna masih menangis histeris. Air matanya membasahi bantal, sementara uang yang ia robek bertebaran di lantai. Pemuda pemilik showroom berdiri sambil merapikan pakaiannya, wajahnya tanpa raut bersalah.

"Sudahlah, Donna," katanya datar. "Jangan drama. Kita sama-sama tahu hubungan ini cuma sementara. Kamu dapat uang, aku dapat yang kuinginkan. Selesai."

Donna menoleh dengan mata merah membengkak.
 "Bagimu sementara?! Aku hancurkan diriku demi ini! Demi kita!"

Pemuda itu tersenyum tipis, dingin.
 "Tidak ada 'kita', Donna. Mulai besok aku akan tunangan dengan gadis pilihan keluarga. Gadis baik-baik, muda, dan pantas dibawa ke hadapan orangtuaku. Kamu... hanya persinggahan."

Kata-kata itu menghantam Donna seperti palu besi. Dadanya sesak, napasnya berat. Dunia seakan runtuh. Ia ingin berteriak lagi, tapi suaranya tercekat. Yang keluar hanya isak terputus-putus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun