Santos tersenyum sambil mengecap minuman itu. Kepalanya dipenuhi ribuan alasan mengapa gadis Banderas ini datang kemari. Semakin lama bibirnya beradu dengan gelas, semakin fokus pula prediksinya, hingga berbuah menjadi dua alasan. Yah, hanya dua.Â
Satu-satunya cara untuk memastikan hal itu adalah dengan mengajak gadis ini berdansa. Santos menutup buku, merapikan pakaiannya dan melangkah menuju meja sang gadis, bersiap menguraikan misteri yang datang ke kediaman keluarga Qasillas.
***
"Boleh aku duduk disini?" Tanya santos pada gadis yang tengah duduk sendirian menikmati alunan musik.
Gadis itu tersenyum tipis sambil membelai rambutnya kebelakang telinga, "Tentu saja, tuan."
Segera Santos mengambil tempat di samping lalu kembali membaca buku yang dipegangnya, tak menghiraukan si gadis yang menatapnya keheranan. Detik berganti menit, tak satu katapun yang keluar dari mulut Santos untuk membuka percakapan.Â
Si gadis memutar jemari karena tak nyaman atas situasi canggung itu.Â
"Maaf, tuan. Aku bisa pindah ke meja lain kalau aku mengganggu." Ujarnya sopan.
"Tidak apa-apa. Aku menikmati kesunyian ini. Kau juga menolak ajakan untuk berdansa dan hanya menonton saja. Jadi kita hanya perlu duduk berdua dalam diam, boleh kan?"Â
Gadis itu mengecutkan dahi. Sesaat kemudian ia mengangguk lalu menundukan kepala. Gadis itu mengangkat gelas lalu menelan minuman seolah ingin mengusir keganjalan dihatinya. Pria yang aneh. Sejenak matanya terpaku pada buku yang sedang di baca Santos.
"Buku itu lumayan." Ucap si gadis.