Mohon tunggu...
Rinrin
Rinrin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Teror di Desa Klenik

10 Oktober 2023   11:48 Diperbarui: 20 Oktober 2023   09:50 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sesajen (naturesdoorways.tumblr.com)

"K—kematian warga yang ketiga semenjak kita di sini," bisik Riana."B—besok siapa lagi?" lanjutnya tergagap.

Aku tercenung. Ya, benar ini kematian ketiga. Sebelumnya hari pertama dan kedua kami di sini, kematian warga yang pertama karena terseret arus sungai, diyakini kepalanya berbenturan dengan batu hingga batok kepalanya hancur. 

Korban kedua, tertimpa pohon beringin saat sedang melewati bukit, kepala korban juga hancur isinya bercerai berai. 

Bagian terparah dari setiap korban adalah kepala, masuk akal memang jika dilihat dari jenis kecelakaannya. Mungkin kebetulan saja, ada tiga kematian beruntun dengan cedera parah di kepala. Jikapun ada sangkut pautnya dengan mistis, hal tersebut melampaui kemampuan berpikirku dan Riana.

Saat ada kejadian-kejadian darurat seperti itu, aku dan Riana menyesalkan sikap warga yang tidak memberi kesempatan untuk kami, melihat dan memeriksa korban. 

Sebelumnya, jangankan menyentuh, saat hendak masuk rumah korban saja, kami sudah dijegal. Kami kesulitan untuk bersosialisasi karena mereka menutup diri, tapi mereka tak semerta-merta langsung mengusirku dan Riana, buktinya saat ini kami masih ada di sini. 


Sejak kali pertama datang ke desa, kami sudah mendengar ada anak-anak dan bayi tengah sakit, juga seorang ibu yang hendak melahirkan. Ketika kami ingin membantu memeriksa, malah ditolak mentah-mentah dan lebih memilih berobat pada orang pintar. Siklusnya selalu seperti itu, jika ada yang sakit atau masalah lain solusi mereka adalah dukun. 

Mereka bilang, anggota keluarganya bisa sakit begitu karena melewatkan satu ritual atau salah memasang pintu, jendela dan apalah itu. Hal yang membuat kami bisa ditugaskan ke mari, seringnya terdengar warga yang meninggal tanpa pertolongan medis terlebih dahulu. Riana benar, mereka tidak percaya medis, mereka hidup diperbudak mistis. 

Aku merasakan miris yang teramat dalam. Pengetahuan sudah lebih maju, cara dan jenis pengobatan modern semakin beragam. Namun, masih ada orang-orang desa yang terjebak oleh klenik yang membutakan akal sehat mereka. Di saat banyak desa terisolir yang mengharapkan kehadiran layanan kesehatan, terdapat pula tempat yang sengaja menutup diri, anti orang luar seperti warga Desa Klenik ini.

"Suami saya ikut mengantarkan mayat. Mari masuk ke dalam," ajak Bu Asih.

Aku segera tersadar. "Eh, tapi di sana gela—"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun