Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Vonis yang Menusuk Ulu Hati

24 Maret 2021   18:21 Diperbarui: 24 Maret 2021   18:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vonis yang Menusuk Ulu Hati

Jika jalan sudah buntu, apalagi yang tersisa selain berdoa
Setiap waktu,
Terutama tengah malam buta
Kita tidak akan melarikan diri dalam
Rasa sakit, setelah sesuatu menggerogoti

Suatu kali ia telah datang, dengan kekuatan pengetahuan berhasil diusir
Walau tengkorak kepala digergaji lalu dipasang kembali
Ada akar yang menjalar
Aku tidak menyebutnya sebagai balas dendam
Saat beberapa tahun kemudian ia hadir lagi
Membuat rasa sakit terlahir
Lebih ganas

Dokter bedah syaraf memberi nasihat, "Bisa jadi akan gagal di meja saat kami bekerja. Yang sabar, Ibu. Yang sabar, Ibu. Yang sabar, Ibu"

Kalimat yang sama diulang tiga kali
Aku tak menafsirkan sebuah putus asa
Melainkan jalan keluar

Aku merasa jalan itu sangat sempit
Bahkan semut pun tak akan mampu masuk

Dikelilingi suara iba;
Tentang baik-baik saja
Semoga segera sirna
Pulih seperti sediakala

Sesudah suatu malam yang sakit
Beberapa kali ia mengeluh
Dengan sisa airmata,
Sebagian telah mengering terlalu lama

Ia berkata:
Jika akhirnya harus begini,
Kuatkan aku wahai Sang Pengasih

Tuhan telah memberinya banyak nikmat, katanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun