Mohon tunggu...
Arif Maulana
Arif Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Melihat Dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Penulis yang Telah Hilang

27 Januari 2022   15:11 Diperbarui: 27 Januari 2022   15:20 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"bukan itu yang ku maksud, aku tak mngerti caranya"

"kemarilah kau remaja lugu, lihat poster yang tertempel di dinding itu". Harun menunjuk sebuah poster yang dia tempel didinding toko buku meliknya, poster itu adalah gambar seorang penulis Indonesia, Pramoedya Anantatoer. Di dalam toko itu Harun banyak menempel poster-poster para tokoh-tokoh bukan hanya dari Indonesia namun seluruh tokoh yang melahirkan pengetahuan diseluruh dunia. Disana ada Soekarno, Chairil Anwar, Albert Camus, Khalil Kibran dan banyak lagi yang menjadi sosok-sosok manusia yang di sukai Harun.

Anak remaja itu mendekati Harun dan melihat poster yang ditunjuk oleh Harun, poster itu adalah gambar seorang tokoh dan bertuliskan: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah". Ia membaca tulisan yang ada di poster dan melihat Harun, seolah pandangan nya ingin meminta penjelasan.

" dengar ini remaja lugu dan bingung, gambar itu adalah Pramoedya Anantatoer, seorang penulis dari Indonesia dan untuk lebih lanjutnya kau bisa cari sendiri siapa dia dan apa karya-karyanya, tetapi apa yang kau baca itu adalah satu dari beberapa pelajaran menulis dari Pram, aku sendiri merasa Pram hanya mengintruksikan untuk menulis, prihal teknik menulis itu adalah hal lain, bukan berarti tidak perlu. Sebabnya kau ku minta membaca terlebih dahulu, karena dengan membaca kita diajarkan caranya menulis, itu yang pertama"

" lalu apa yang kedua bang"

"ahahahahaha, ternyata kau sudah memiliki hasrat menulis, kau langsung bertanya, aku tahu pertanya itu pertanda kau ingin tahu bagai mana bisa menuliskan?"

"aku masih ragu"

"baiklah remaja bingung, fahami ini: menulis itu keberanian dan tanda tanya yang kita punya, tidak penting seperti apa kau menulis, yang terpenting pesan apa yang ingin disampaikan, sebab dengan menulislah kita akan mempelajari bagai mana caranya menulis. Tetapi bukan berarti itu kita menjadi penulis yang tumpul, maksud ku persenjataan menulis adalah buku, kau harus melengkapi kegelisahan mu dengan pengetahuan untuk mengasah seberapa tajam tulisan mu itu. Lihatlah berapa banyak orang-orang yang menulis dimedia sosial, tentang kehidupan mereka, namun tanpa pengetahuan yang mereka miliki tulisan mereka dibaca hanya sebagai curhatan saja, tidak ada sumbangan apapun selain kita melihat bahwa mereka menderita atau berbahagia. Dan kau tau apa penyebabnya?"

"bahkan aku tak mengerti apa yang kau katakan"

"sialan, ternyata kau tak hanya bingung dan lugu, bahkan kau tak memakai isi kepala mu dalam mencerna  kata-kata ku"

Hari semakin siang, dan tanda tanya terus menyengat kebingungan di dalam kepala, memang yang paling panas di dunia ini selain sinar mata hari yang terik membakar bumi adalah pengetahuan yang dangkal, kefakiran terhadap pengetahuan dan selanjutnya orang-orang bingun merasa resah dan mencari tempat berteduh dari situasi demikian, mereka lupa bahwa tempat paling teduh dimuka bumi adalah buku, sebab disana ada kesejukan yang tak terhingga, namun justru buku adalah keterasingan yang dianggap sebagai penderiataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun