Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Kanker Mendatangi Satu per Satu Orang yang Kita Sayangi

5 Agustus 2020   01:46 Diperbarui: 5 Agustus 2020   02:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kanker  memang   tidak beranjak jauh dari keluargaku. Kakekku, ayah dari sang istri juga meninggal karena kanker usus. Beliau tidak mau diobati. Menyerahkan semuanya kepada Allah. Menolak untuk di kemotrapi dan menyerahkan semua pada takdir.

Di tempat lain juga begitu, kanker paru-paru menyerang sepupuku. Seorang pengacara wanita di kota Bandung, semenjak beliau mengetahui suaminya menikah lagi hidupnya diisi dengan kesibukan dari satu pengadilan ke pengadilan lain. Dia curahkan hidupnya untuk anaknya dan pekerjaannya. 

Apalagi semenjak dia divonis kanker oleh dokter, segala usaha telah dicoba untuk melawan penyakitnya. Dia tahu tidak ada yang selamat dari kanker, karenanya dia makan apa saja, tidak ada pantangan makan baginya. Badannya terlihat sehat dari luar, seakan kanker telah hilang. 

Namun setelah beberapa kali menjalani kemoterapi akhirnya dia menyerah. Sang pengacara meninggal dunia setahun setelah sang istri di atas tadi. Siapa sangka, putrinya juga didiagnosa kanker payudara stadium 1. Sudah menjalani kemoterapi dan Alhamdulillah sembuh. Terima kasih kepada BPJS dan dokter yang telah sukses mengangkat penyakitnya.

Pertanyaannya, dari mana kanker itu berasal. Bagaimana mereka bisa muncul dan menimpa keluarga itu.  Mereka adalah keluarga yang sibuk dan mempunyai aktivitas yang sangat banyak. Tapi kita semua seperti itu. Sibuk namun tetap sehat. Pasti ada hal lain yang menyebabkannya, pasti ada pemicunya.

Ada satu kesamaan dari keluarga ini. Sang istri mulai merasakan sakitnya ketika sang suami kawin lagi. Demikian juga buat sang pengacara muda. Beliau mulai merasakan sakit semenjak suaminya kawin lagi. Sebuah kebetulankah? Entahlah.

Semenjak suaminya kawin lagi, kehidupan sang istri lebih sering di kantor. Semua tugas dan pekerjaan dia ambil alih. Meeting dan pertemuan di luar kota yang selama ini dia hindari, dia jalani. Hari ini di Bandung besok sudah di Makassar. Bulan berikutnya di Padang lanjut ke Batam. Kesehatan sudah tidak pernah dipikirkannya lagi. Dia menenggelamkan dirinya pada pekerjaan. Stres sudah pasti.

Demikian juga ternyata yang dikerjakan sang pengacara muda di Bandung. Menenggelamkan dirinya pada pekerjaan. Anaknya yang perempuan melihat dan ternyata juga ikut stres melihat ibunya. Sehingga menumbuhkan kanker di dadanya.

Ternyata kesedihan dan stres itu menular. Sang suami dari istri yang di Jakarta juga memikirkan akibat dari perbuatannya. Dan itu menjadi benih kanker ganas pada ususnya. Lebih dahsyat dari yang dialami pada istrinya. Stres  menyuburkan penyakit itu. Dia kemudian meninggalkan istri mudanya untuk kembali ke istri tuanya. Dan menghabiskan sisa waktu hidupnya disana.

Stres  adalah penyakit perkotaan. Kanker  ternyata tumbuh dan berkembang cepat dari stres.  Namun untuk kasus kakekku adalah soal lain. Kanker ususnya adalah akibat rokok yang dia hisap. Demikian kata dokter dan cerita kakekku.

Setiap hari satu bungkus. Isi 12 batang dia habiskan. Rokok seribu perak isi 12 adalah biasa di zamannya, saat rokok adalah industri rumahan. Bau tembakau tampang dan klobot adalah bukti dari kehadirannya. Pahpir dan tembako. Dilinting dan dijilat. Lalu kelepus, asapnya menyebar ke seluruh kamar dalam rumah besarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun