Mohon tunggu...
Ariby Zahron
Ariby Zahron Mohon Tunggu... Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang orang mengenalnya sebagai ariby, nama yang disematkan di setiap karya tulis yang ia ciptakan. Ariby Zahron juga suka memesan nasi bakar. Remaja Malang yang sedang mengabdi di tengah keramaian kotanya. Kadang-kadang ia jatuh cinta dengan Kota Malang lewat tulisannya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikhlas

26 Agustus 2022   10:11 Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika aku turun dari bus itu, aku merasakan ada sesuatu yang sepertinya telah hilang dari genggamanku. Ya ampun, dompetku hilang! Dasar teledornya diriku! Aku mencarinya di tas, di tempat dudukku tadi, sampai di jalanan barusan. Tidak ada tanda tanda orang yang akan berkoar koar dari hilangnya dompetku.

Sebentar sebentar, aku melihat pengamen itu dari kejauhan sedang memukul seseorang. Tapi entah siapa itu, yang jelas wajah orang itu seperti penumpang bus yang duduk di sampingku tadi. Cepat cepatlah aku menghampiri pengamen itu.

Tidak lama kemudian orang itu pergi seperti ketakutan kalau dikejar harimau. Saat aku berada di depannya, ternyata oh ternyata, orang itu benar benar penumpang yang berada di sebelahku tadi setelah kutanya tentang penjelasan orang yang pergi itu.

Pengamen itu telah menyelamatkanku dari aksi jahat orang orang luar diluar dugaan yang kalau dilihat dari segi penampilannya sangatlah bertolak belakang dari tindakannya. "Tadi aku melihatmu sedang berpura pura tidur saat aku meminta keikhlasan memberikan uang dari para penumpang bus tadi, jadi tidak apa." Ucap pengamen itu sambil mengembalikan dompetku.

Ketika mereka ingin melanjutkan langkahnya entah kemana, aku menghentikannya sebentar untuk memberikan uang sebagai bentuk rasa balas budiku kepada pengamen itu. "Aku ikhlas menolongmu, jadi aku tidak butuh imbalan" Kata pengamen itu. Artinya ia menolak pemberian dariku. Aku hanya bisa berterima kasih atas pertolongannya dan syukurlah masih ada orang orang baik yang peduli kepadaku.

Kebaikan tidak selalu dilihat dari bagaimana ia berpakaian, ataupun tutur kata yang keluar dari mulut ke mulut. Akan tetapi keteladanan itulah yang membuat sesuatu itu patut ditiru dan baik dicontoh. Tidak perlu banyak omong kosong untuk berbuat baik, cukup berikan contoh yang benar. Terkadang kebaikan yang tersirat lebih mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik juga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun