Film Assalamualaikum Baitullah, Mengajarkan Kita Tentang Makna "Ikhlas"

Beberapa waktu yang lalu saya sempatkan untuk menonton film Assalamualaikum Baitullah. Film yang diadaptasi dari novel karya Asma Nadia. Saya termasuk penggemar karya-karya mba Asma Nadia. 

Beberapa novelnya sukses diangkat ke layar lebar. Seperti Assalamualaikum Beijing, Jilbab Traveler's, Love Spark Korea, Surga yang Tak Dirindukan dan lain-lain. Jadi bisa dikatakan saya memang menantikan karya lebar berikutnya. 

Setelah dirilis pada 17 Juli 2025, saya segera meluncur untuk menyaksikan film Assalamualaikum Baitullah. Duh, mendengar kata Baitullah bergetar dada ini. Setiap umat Muslim pasti merindukan Baitullah. 

Nah, sesuai judulnya. Film Assalamualaikum Baitullah memang setengahnya mengambil latar kota Mekkah. Film tersebut diawali dengan konflik yang dialami si tokoh, Amira. Rumah tangganya diguncang prahara. Sang suami kedapatan selingkuh dengan alasan ingin memiliki anak. 

Padahal Amira dalam kondisi mengandung yang memang belum sempat ia kabarkan pada sang suami. Dalam situasi kalut, Amira dihadapkan pada kenyataan pahit. Sang ibu yang memang sedang sakit berpulang tanpa ia disisinya. 

Tidak kuat menahan beban batin yang datang bertubi-tubi, bayi dalam kandungnya pun gugur. Sebagai perempuan menyaksikan adegan tersebut rasanya makjleb di hati. Ya, Allah betapa berat cobaan yang Amira hadapi. 

Apakah kita bisa kuat bila menghadapi kenyataan tersebut? Lewat tokoh Amira inilah kita diingatkan tentang arti ikhlas sesungguhnya. Ya, kita harus iklhas menerima kodarullah. 

Caranya? Harus yakin bahwa yang sudah menjadi ketetapan-Nya pasti baik. Tinggal bagaimana kita menjalani semua. Rumah Allah di Baitullah bisa menjadi solusi untuk kita mengadukan semua permasalahan yang dihadapi. 

Ketika kita sudah benar-benar ikhlas. Maka kebaikan akan menghampiri kita. Begitulah yang dirasakan oleh Amira. Apa sajakah kebaikan yang Amira rasakan? Teman-teman bisa menyaksikan film Assalamualaikum Baitullah. Film yang dibuat oleh, dari dan untuk perempuan. (Denik)