Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyair Kesepian dalam Sajak Cinta

17 September 2021   21:55 Diperbarui: 17 September 2021   22:00 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masihkah kau ingat dimana letak prasasti kita?
Tapal batas telah lama kita tinggalkan, yang tersisa hanya sebuah prosa yang panjang.
Aku ingin sekali saling melempar kabar.
Sudah lama kita tak berkasak kusuk di ruang-ruang kopi.
dimana kau dan aku saling mendekap merajut sejarah.
Abad macam apa ini, rasanya seperti masa berjalan sangat lama.
atau kita yang lama berjalan dalam pengasingan.

Sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi oleh penyair, sebab kata-kata cinta telah diasingkan oleh kemodernan.
Kini penyair telah berteman dengan sepi, terkadang juga bermain dengan anjing-anjing nakal dan kucing-kucing liar.

Lihatlah kesepian itu dari segala penjuru, ia mendominasi kelas kerinduan. terkadang ia memeras airnata.
Suatu hari aku pergi ke hutan Pinus, untuk melihat wajahmu dari tingginya dataran tinggi.
Aku merindukan wajahmu, yang setiap harinya memberikan arti harapan.
Dimatamu, aku melihat wajah-wajah orang yang terluka. tapi ada kebahagiaan didalam didalamnya.
apakah ini arti sebuah harapan?.

kekasihku, kemarilah untuk bermesra-mesraan dengan mereka. dengan bintang-bintang yang bergelantungan di atap rumah. dan kemudian kita menari bersama daun-daun baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun