Mohon tunggu...
Aral
Aral Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duniaku Bukanlah Duniamu

4 April 2019   04:25 Diperbarui: 4 April 2019   04:45 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Cerita ini merupakan sebuah kisah perjalanan hidup saya sejak berusia remaja hingga dewasa. Dalam hidup kita semua memang memiliki yang namanya sebuah pengalaman yang pahit maupun manis.  Pada pengalaman yang saya cerikan kali ini adalah merupakan sebuah cerita yang nyata saya alami namun mungkin ada banyak teman - teman diluar sana yang mengalami hal yang sama dengan saya.  

Info Cerita

Judul Cerita : Duniaku Bukanlah Duniamu
Alur Cerita : Perjalanan Hidup
Kegunaan Cerita : Tidak ada dan tidak ada faedahnya.

Baiklah tidak perlu banyak basa basi lagi yuk disimak.

BAGIAN 1 : "Aku Ingin Seperti Mereka"

Pada tahun 2008 dimana hari setelah pindah tempat tinggal ku dari Sibolga ke Medan. Awalnya aku senang sekali karena aku dapat tinggal dikota dan dapat melihat banyak pemandangan indah. Rasa bangga itu selalu melekat didalam hatiku sehingga, sangat tidak terbayang bagaimana rasanya orang kampung tinggal di kota. Hari demi hari aku menikmati dunia ku, mengelilingi dunia baruku, melihat lihat  keindahan yang ada pada dunia baru ku, sangat indah rasanya. Namun, setelah beberapa bulan aku menikmati dunia baruku, rasa bangga itu seketika menghilang dari tubuhku, karena pengorbanan ku untuk menikmati dunia baru itu adalah berhenti sekolah.

Pada saat itu, aku masih duduk di bangku kelas 4 SD, akibat pindah ini aku tidak dapat lagi menikmati indahnya bermain dengan teman - teman sekolah ku, tidak dapat menikmati kasih sayang dari guru lagi, tidak dapat menikmati pelajaran - pelajaran yang di berikan guru lagi. Ingin rasanya kembali duduk di bangku sekolah, namun karena keterbatasan ekonomi aku terpaksa hidup tanpa pendidikan.

Rasa Frustasi itu seketika menghantuiku, aku tidak tau lagi harus berbuat apa. Dalam beberapa hari aku galau bagaikan tidak ada yang peduli padaku, dan pada akhirnya datang seseorang yang menghampiri ku. Beliau bertanya, mengapa kamu sedih? tidak, tidak ada kok. jawabku

Maukah kamu bermain dengan ku? dia bertanya.

Mau, sangat mau, memangnya kamu mau bermain bersama ku? jawabku.

Ayo kita bermain (sambil menarik tanganku) 

Tanpa mengeluarkan kata kata apapun aku mengikuti kemauannya.

Sesampai di tempat bermain, ternyata beliau memiliki sangat banyak sekali teman, beliau memperkenalkan ku dengan teman temannya, akhirnya kami semua saling mengenal satu sama lain dan menjadi teman.

Hari demi hari kami berteman, bermain bersama, ngobrol bersama, namun aku sangat iri kepada mereka.
Mereka yang selalu hidup ceria, memiliki banyak mainan, memiliki banyak uang. Sedangkan aku tidak ada sama sekali.
Uang jajan ku tidak akan cukup untuk membeli mainan, aku ingin membeli mainan, aku ingin membeli jajanan seperti mereka.
Pada saat itu uang jajan sehari hariku hanya Rp.500 itupun hanya dapat membeli 1 makanan seharga Rp.500, namun aku hanya bisa menikmati hidup ku, aku terus belajar untuk selalu bersabar, mungkin pada suatu saat nanti aku dapat menjadi seperti mereka.

Semakin lama mengenal mereka, semakin dekat dengan mereka namun ternyata aku hanya menjadi seperti budak mereka, mereka selalu menyuruhku, mereka selalu menghinaku, mereka selalu membuatku menangis. Aku pikir, mereka semua adalah teman teman yang baik namun apa yang ku bayangkan selama ini ternyata salah. Pikiran ku semakin berat, bagaimana caranya melalui semua ini, sekolah ku tertinggal, teman teman ku jahat, keinginan ku terhambatk, apakah aku masih layak untuk hidup?

Seketika rasa frustasi itu kembali lagi menghantui ku, kini semakin berat, ditambah lagi aku harus menuruti perintah teman teman ku. Aku semakin gila dalam menghadapi semua ini, aku selalu berpikir masih pantas kah aku hidup di dunia ini?

Dunia yang begitu kejam, seakan akan hdiup ku tidak berguna. 

Setahun kemudian, setelah hidup didalam zona yang sangat menyakitkan aku dipulangkan oleh orang tua ku ke kempung halaman ku.
Aku pikir aku akan kembali bersekolah, tapi ternyata dugaan ku salah. Aku dipulangkah ke kampung hanya untuk menjaga kakek yang tinggal sendiri dikampung ditambah lagi kakek  sedang mengalami sakit yang parah. Meski dugaanku salah, namun aku tetap bersyukur karena hidupku sudah terbebas dari teman teman yang jahat itu.

Jam sudah mengarah pukul 6 sore, Bus yang membawa kami ke Sibolga sudah dijalankan. Dalam perjalanan, seketika aku merasa bangga bisa kembali ke kampung halaman ku, aku merasa bangga bisa terbebas dari teman teman jahat ku, walaupun urusan sekolah tetap tidak dapat kunikmati.

Keesokan hari nya, aku sampai dikampung halaman ku. Saatnya aku langsung menuju ke rumah kakek, aku harus segera bertemu dengan kakek , aku ingin melihat kondisinya. Semoga saja penyakitnya tidak parah banget. Namun dugaanku salah lagi, ternyata kakek lumpuh, tidak bisa berjalan.

Hari demi hari aku mengurus kakek yang malang, semakin hari aku semakin terbiasa dan semakin senang karena dengan umur segitu aku sudah bisa merawat kakek. 

3 Bulan kemudian, keadaan kakek sudah mulai membaik, sudah tidak menggunakan kursi roda lagi, sudah bisa berjalan meski tidak selancar seperti orang normal lainnya. Dengan rasa bersyukur ku aku harus lebih semangat lagi mengurus kakek, agar kesehatannya semakin membaik dan bisa berjalan seperti orang normal lainnya.

Tak kusadari, aku dikejutkan berita mendadak dari saudaraku bahwa aku dan kakek akan dikirim ke Padang dan tinggal disana. Meski kaget, namun apalah yang dapat ku lakukan, aku hanya bisa menurut dan mneurut. Keesokan harinya pada pukul 1 siang, aku berangkat ke Padang.

Dalam perjalanan, tiba tiba pikiran ku ketika aku di medan itu kembali menghantui ku, pikiran yang ingin seperti mereka kembali menghantuiku.
Dalam hidupku aku hanya memiliki hidup yang penuh dengan kesulitan, sedangkan anak anak lain yang seumuran ku hidup ceria tanpa dibebani oleh masalah, mereka dapat bermain sedangkan aku tidak, mereka dapat bertamasya sedangkan aku tidak, mereka mendapatkan kasih sayang orang tua sedangkan aku tidak, kapan aku bisa seperti mereka? Aku ingin seperti mereka.

Mungkin, hidupku memang begini jalannya. Mungkin keinginan ku hidup seperti mereka suatu saat nanti dapat kunikmati. Aku harus bersabar, aku harus tetap tabah, aku harus mengutamakan kesehatan kakek, mungkin setelah kakek sembuh aku dapat menikmati hidup seperti mereka.


Sesampai di Padang, aku memulai dunia baru kembali. Hidup di kelilingi pohon sawit, hidup di hutan tanpa ada jalur yang memiliki aspal. Mungkin inilah perjalanan hidupku. Seminggu sudah tinggal di padang, akhirnya aku memiliki teman baru dan teman baruku ini adalah orang baik, bahkan dia  sangat peduli padaku, dia berbeda dengan teman teman ku yang ada di Medan. Namun tetap saja, aku tidak sebebas mereka, aku harus menjaga kakek, aku tidak bisa kemana-mana, aku tidak bisa meninggalkan kakek.

7 bulan kemudian kakek sudah sehat, kakek sudah bisa berjalan sendiri dan bisa berjalan seperti orang normal lainnya, aku sangat bersyukur .
Aku sangat bangga sekali, karena dengan kakek sudah sembuh aku dapat bermain bersama teman teman ku, aku sudah bisa bebas bermain bersama teman temanku.

Namun, kebahagiaan itu hanya sebentar saja, seminggu setelah kakek sehat, dan hanya seminggu aku dapat menikmati kebebasan ku, aku dikejudkan lagi berita dari saudara bahwa aku dan kakek akan dikirim ke Medan dimana orang tua ku tinggal.
Aku tidak tau harus berbuat apa, apakah aku harus senang karena tinggal bersama orang tua kembali atau aku harus sedih karena baru saja menikmati kebebasan ku. Saat itu aku syok banget mikirin ini semua, sial banget rasanya hidupku. Bagaikan orang yang tidak layak hidup di dunia.

Enak banget jadi mereka, mereka bebas sedangkan aku tidak, aku ingin seperti mereka. (Bersambung)

Maaf banget ya untuk kalian yang baca cerita ini jangan terlalu fokus baca nya karena tulisannya berantakan banget, mohon maklumi tulisannya ya, maklum lah yang nulis juga bukan orang yang berpendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun