Mohon tunggu...
Aral
Aral Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duniaku Bukanlah Duniamu

4 April 2019   04:25 Diperbarui: 4 April 2019   04:45 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

3 Bulan kemudian, keadaan kakek sudah mulai membaik, sudah tidak menggunakan kursi roda lagi, sudah bisa berjalan meski tidak selancar seperti orang normal lainnya. Dengan rasa bersyukur ku aku harus lebih semangat lagi mengurus kakek, agar kesehatannya semakin membaik dan bisa berjalan seperti orang normal lainnya.

Tak kusadari, aku dikejutkan berita mendadak dari saudaraku bahwa aku dan kakek akan dikirim ke Padang dan tinggal disana. Meski kaget, namun apalah yang dapat ku lakukan, aku hanya bisa menurut dan mneurut. Keesokan harinya pada pukul 1 siang, aku berangkat ke Padang.

Dalam perjalanan, tiba tiba pikiran ku ketika aku di medan itu kembali menghantui ku, pikiran yang ingin seperti mereka kembali menghantuiku.
Dalam hidupku aku hanya memiliki hidup yang penuh dengan kesulitan, sedangkan anak anak lain yang seumuran ku hidup ceria tanpa dibebani oleh masalah, mereka dapat bermain sedangkan aku tidak, mereka dapat bertamasya sedangkan aku tidak, mereka mendapatkan kasih sayang orang tua sedangkan aku tidak, kapan aku bisa seperti mereka? Aku ingin seperti mereka.

Mungkin, hidupku memang begini jalannya. Mungkin keinginan ku hidup seperti mereka suatu saat nanti dapat kunikmati. Aku harus bersabar, aku harus tetap tabah, aku harus mengutamakan kesehatan kakek, mungkin setelah kakek sembuh aku dapat menikmati hidup seperti mereka.


Sesampai di Padang, aku memulai dunia baru kembali. Hidup di kelilingi pohon sawit, hidup di hutan tanpa ada jalur yang memiliki aspal. Mungkin inilah perjalanan hidupku. Seminggu sudah tinggal di padang, akhirnya aku memiliki teman baru dan teman baruku ini adalah orang baik, bahkan dia  sangat peduli padaku, dia berbeda dengan teman teman ku yang ada di Medan. Namun tetap saja, aku tidak sebebas mereka, aku harus menjaga kakek, aku tidak bisa kemana-mana, aku tidak bisa meninggalkan kakek.

7 bulan kemudian kakek sudah sehat, kakek sudah bisa berjalan sendiri dan bisa berjalan seperti orang normal lainnya, aku sangat bersyukur .
Aku sangat bangga sekali, karena dengan kakek sudah sembuh aku dapat bermain bersama teman teman ku, aku sudah bisa bebas bermain bersama teman temanku.

Namun, kebahagiaan itu hanya sebentar saja, seminggu setelah kakek sehat, dan hanya seminggu aku dapat menikmati kebebasan ku, aku dikejudkan lagi berita dari saudara bahwa aku dan kakek akan dikirim ke Medan dimana orang tua ku tinggal.
Aku tidak tau harus berbuat apa, apakah aku harus senang karena tinggal bersama orang tua kembali atau aku harus sedih karena baru saja menikmati kebebasan ku. Saat itu aku syok banget mikirin ini semua, sial banget rasanya hidupku. Bagaikan orang yang tidak layak hidup di dunia.

Enak banget jadi mereka, mereka bebas sedangkan aku tidak, aku ingin seperti mereka. (Bersambung)

Maaf banget ya untuk kalian yang baca cerita ini jangan terlalu fokus baca nya karena tulisannya berantakan banget, mohon maklumi tulisannya ya, maklum lah yang nulis juga bukan orang yang berpendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun