Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Lelaki Berdiri di Ujung Jalan Simpang

11 Mei 2023   21:22 Diperbarui: 11 Mei 2023   21:59 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin tersenyum, berkata dengan lembut, "Kebenaran tak selalu lurus dan terang. Terkadang berliku  dan menantang. Yang penting adalah tekad dan keberanianmu sendiri."

Lelaki berpikir dan merenung. Dia mengerti bahwa kebenaran tak sekadar arah. Tapi sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan, membutuhkan tekad, ketekunan dan keberanian.

Lelaki berdiri di ujung jalan, mencoba berjalan, meninggalkan jalan simpang itu.

Tetapi sejeda kemudian dia berhenti. Keraguan dan kecemasan kembali menggelayuti. Sebab tiba-tiba di sekelilingnya datang banyak orang berjalan bersama angin, mereka pergi memilih jalan berbeda, terlihat senang dan bahagia.

"Beberapa langkah telah kulalui. Apakah aku telah salah memilih jalan yang kutinggalkan? Kenapa yang lain nampak bahagia, sementara aku didera keraguan dan menderita?" Ia bertanya kepada angin yang lewat.

Dan angin itu berkata, "Kamu telah memilih jalanmu sendiri. Itu keputusan yang kau pilih. Jangan takut untuk berbeda. Karena setiap orang memiliki jalannya sendiri."


"Jika tak kemana-mana, keadaan akan mengurungmu sebagai sebuah nasib. Waktu tak memihak, membelenggu dalam diam, semua rahsa kesadaran dan nalarmu. Tetapi jika engkau bergerak, entah jalan arah mana yang kau pilih, setidaknya engkau telah meretas nasibmu sendiri, keluar dari belenggu waktu. Maka bergeraklah. itu kebenaranmu, raihlah kebahagiaanmu". Ujar angin itu lalu berlalu.

Sejak saat itu lelaki memahami, bahwa tak berguna dia berlama-lama berdiri di ujung jalan itu. Ia memutuskan diri, beranjak mantab memulai langkah. Mengikuti pilihan rahsa merdeka jiwanya sendiri. Bukan lagi karena arah kiri atau kanan, bahkan dirinya sendiri tak peduli. Hanya tekad, harapan dan keyakinan kuat yang membawanya pergi.

Mungkin di ujung jalan lain, dia menemukan persimpangan jalan lagi yang berbeda? Tak mengapa, it's No Problemo, ujarnya tetap meneruskan langkah.

Kebahagiaan dan harapan sebuah keyakinan adalah kesadaran mensyukuri setiap jengkal langkah, bukan menerawang menggapai bayangan angan-angan jauh di ujung cakrawala. Sehingga sedih dan gembira, sendirian atau bersama angin, sama saja indahnya, sama saja asyiknya. Ujar lelaki itu tersenyum bahagia dalam hati. Dia pergi meninggalkan ujung persimpangan jalan itu.

Sumber gambar Freepik.com/Canva/designed by Wibhyanto
Sumber gambar Freepik.com/Canva/designed by Wibhyanto
Jakarta, 11/05/2023 * BACA Juga :
Kereta Senja Telah Berangkat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun