3. Evening Reflection
Sebelum tidur, evaluasi:
- "Di mana hari ini saya berhasil menjaga ketenangan?"
- "Di mana saya bereaksi berlebihan?"
- "Apa pelajaran yang bisa saya bawa ke esok hari?"
Mengapa Stoikisme Justru Semakin Relevan di Era Digital?
Di dunia yang penuh dengan:
- Ketidakpastian karir dan ekonomi
- Pressure sosial media yang tidak sehat
- Informasi berlebihan yang membanjiri pikiran
Stoikisme menawarkan anchor - tempat berlabuh yang tidak tergoyahkan oleh badai kehidupan apa pun.
Epictetus, si mantan budak, mengajarkan: "Kebebasan sejati adalah menguasai diri sendiri."
Marcus Aurelius, sang kaisar, menambahkan: "Kebahagiaan hidupmu tergantung pada kualitas pikiranmu."
Di tengus dunia yang semakin kompleks dan tidak pasti, mungkin inilah saat yang tepat untuk kembali kepada kebijaksanaan kuno yang terbukti abadi. Seperti kata Marcus Aurelius: "Waste no more time arguing what a good man should be. Be one." - Jangan buang waktu berdebat tentang seperti apa orang baik itu. Jadilah orang baik.
Friedrich Nietzsche: Filosofi "Ja Sagen" dan Seni Mencintai Takdir di Tengah Penderitaan
Â
Filsuf yang Disalahpahami
Selama ini, Friedrich Nietzsche sering dicap sebagai filsuf pesimis dengan konsep "God is dead" yang suram. Namun, siapa sangka bahwa justru filsuf Jerman inilah yang menawarkan filosofi hidup paling positif dan membebaskan? Melalui konsep "Ja Sagen" (mengatakan "Ya" pada kehidupan) dan "Amor Fati" (mencintai takdir), Nietzsche justru mengajak kita untuk merayakan kehidupan sepenuhnya - termasuk penderitaan dan kegagalan.