1. Identifikasi pikiran irasional
2. Tantang keyakinan yang tidak logis Â
3. Ganti dengan pikiran yang rasional dan sehat
Praktik Harian Model ABC
1. Daily Thought Journal
Setiap hari, catat 3 situasi sulit dan analisis:
- A: Apa yang terjadi?
- B: Apa pikiran saya tentang ini?
- C: Perasaan dan tindakan apa yang muncul?
- Pikiran Alternatif: Apa cara pandang yang lebih sehat?
2. The "Stop-Question-Change" Technique
Saat emosi negatif muncul:
- STOP Akui perasaan
- QUESTION "Apakah pikiran saya rasional?"
- CHANGE Cari perspektif yang lebih sehat
3. Anti "Harus"-isme Challenge
Ganti kata "harus" dengan:
- "Saya lebih suka..."
- "Akan lebih baik jika..."
- "Saya ingin..."
Relevansi di Era Media Sosial
Di dunia yang penuh dengan:
- Pressure untuk tampil sempurna
- Perbandingan sosial yang tidak sehat Â
- Fear of missing out (FOMO)
Prinsip Ellis membantu kita:
- Memfilter ekspektasi tidak realistis
- Menerima bahwa hidup tidak harus sempurna
- Fokus pada apa yang benar-benar penting
Perbandingan dengan Filsuf Lain
Stoik vs Nietzsche vs Ellis
- Marcus Aurelius: "Kendalikan reaksimu"
- Nietzsche: "Cintai takdirmu" Â
- Ellis: "Ubahlah pikiranmu yang keliru"
Ellis membawa filosofi ke level praktis dengan tools yang bisa langsung diaplikasikan.
Menjadi Arsitek Realitas Batin Kita Sendiri
Albert Ellis meninggalkan warisan yang mengubah cara kita memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Pesan utamanya: "Kita bukan korban peristiwa, melainkan penafsir aktif dari peristiwa tersebut."
Dengan belajar berpikir rasional, kita bisa:
- Mengubah kecemasan menjadi antisipasi
- Mentransformasi kemarahan menjadi pemahaman Â
- Mengonversi kesedihan menjadi pembelajaran
Seperti kata Ellis: "Menjadi bahagia bukan soal menemukan dunia yang sempurna, tetapi soal belajar berpikir dengan cara yang lebih sehat tentang dunia yang tidak sempurna."